SEHARI BERSAMA IKRANEGARA DKK.

Borobudur Links | Oktober 13, 2010 | 08.42 wib | Label: Tourism


Oleh: MyAsa Puitika.

Borobudurlinks, 11 Oktober 2010.
Di sela-sela waktunya yang terbatas, selain pentas di Studio Mendut, Ikranegara dkk sempat jalan-jalan di kota Magelang. Borobudurlinks.com mendapat kesempatan menemani mereka. Karena waktunya memang tak banyak, Ikranegara yang ditemani beberapa anggota ‘Teater Saja’, seperti Mamok Pratomo, Winda Daniel, dan Iran Baduy, hanya sempat mengunjungi Museum Senirupa OHD dan Warung Makan ‘A&A’.
Setelah sarapan, di penginapannya, Hotel Pondok Tingal Borobudur, Magelang, Ikra dkk bersantai menunggu Yefta Tandio yang akan mengantar. Mereka masih sempat memetik dua buah papaya dari pohon yang tumbuh di halaman hotel. Ikra, yang merasa memiliki keahlian mengupas buah, langsung berinisiatif meminjam pisau dari dapur hotel dan dengan cekatan mengupas buah yang banyak tumbuh di sekitar Borobudur itu.
Pepaya itu terasa manis. “Ini matang di pohon, “ kata Ikra menyilakan borobudurlinks menyicipi. Dengan cepat dua pepaya tak terlalu besar itu tandas. Winda masih sempat memesan jus jambu dan alpukat, yang kemudian juga tandas diminumnya bersama Ikra.
Jam 12.00 rombongan meninggalkan hotel. Kurang dari setengah jam rombongan sampai di Museum OHD. Sayang siang itu Oei Hong Djien (OHD), pemilik museum dan kolektor senirupa terkenal, tak ada di rumah merangkap museumnya itu. Kami pun menikmati karya seni koleksi OHD ditemani Apin, staf museum.

Ikra, yang pernah mengunjungi museum ini bersama Putu Wijaya dan Niniek L Karim, Desember tahun lalu, nampak masih antusias menikmati koleksi museum. Mungkin karena banyak lukisan dan instalasi baru yang terpajang. Sementara ketiga temannya menunjukkan kekagumannya menikmati ratusan karya perupa papan atas yang terpajang di museum senirupa Indonesia yang diklaim terbesar di dunia itu. Klaim itu memang bukan omong-kosong, mengingat museum ini memilki 2000 karya perupa penting di Indonesia.
“Saya tak pernah membayangkan ada tempat seperti ini di Indonesia, “ kata Winda menyampaikan kekagumannya. Ia yang cukup mengenal karya-karya perupa yang tergolong old-master berusaha mengenali kembali karya-karya itu ketika memasuki Museum of Modern-Art, salah satu bagian Museum OHD. “karya-karya ini mengingatkan saya di TIM di tahun 70-an, “ katanya sembari berfoto di samping karya Affandy, Rusli, Soedjojono, Nashar, Hendra Gunawan, Lee Man Fong, dll.
Sedangkan ketika memasuki Museum of Contemporary Art, giliran Iran Baduy yang terbengong-bengong. Ia meminta borobudurlinks untuk memotret posenya berdampingan dengan beberapa patung atau instalasi tiga dimensi karya perupa muda Indonesia. Ketika melihat ‘onggo’an’ pesawat kecil yang terkesan berantakan seakan habis terjatuh dari ketinggian, Iran takjub dan tak percaya kalau yang dilihatnya itu hanyalah karya instalasi yang terbuat dari kertas. Ia minta ijin untuk memegang dan mengetuk badan pesawat, memastikan bahwa karya itu memang terbuat dari kertas bukan besi.

Kuliner baru di Magelang.

Sekitar jam 13.30, Ikra dkk selesai menikmati museum OHD. Rupanya perut juga sudah mengisyaratkan keroncongan. Yefta berinisiatif membawa kami ke kawasan Magelang Selatan, tepatnya di Jalan Sarwo Edi Wibowo 112, Panca Arga. Ternyata tujuannya adalah Warung Makan ‘A&A’, yang akhir-akhir ini popular di kalangan seniman Magelang.

Di warung sederhana itu, Ikra memesan sop ayam dan nasi gurih sekaligus. Rupanya ia sedang menjalani diet kolesterol, sehingga menolak sop sumsum yang menjadi menu special di warung itu. Untuk daging, ia hanya diperbolehkan makan daging ayam. Itu pun tidak boleh digoreng, hanya dibakar atau direbus. Sedangkan tiga rekannya memilih sop sumsum. Hanya Yefta yang memesan nasi gurih dengan lauk empal goreng.
Mereka juga sepakat memesan jeruk panas. “Di sini jeruknya juga istimewa. Kalau di warung lain hanya satu jeruk nyang diperas, di sini minimal dua, jadi rasanya lebih manis dan segar, “ kata Yefta, yang sudah beberapa kali menyambangi warung yang kini jadi ikon kuliner baru di Magelang ini.
Benar juga, ketika jeruk panas itu dihidangkan, dilihat dari warnanya yang kuning cerah mengisyaratkan kandungan jeruk yang kental. “Memang enak. Yang pasti manisnya bukan rasa gula, “ kata Winda spontan.
Begitu mencicipi nasi gurih, tersirat rona Tanya pada wajah Ikra. “Bener-bener gurih. Rasa gurih dan wangi ini darimana, padahal nggak pakai santan kan ? “. Menurut Antie (30), pemilik warung, rasa gurih itu muncul dari perpaduan beberapa rempah serta ikan jambal yang dihaluskan. Sedang aroma wangi berasal dari daun kemangi yang ikut dimasak bersama nasi itu.

Winda yang nampak lahap menikmati sop sumsum berkomentar, “Suegerr banget. Apalagi dinikmati di tengah panas seperti sekarang ini. Di Jakarta pasti cocok ini “. Siang itu udara Magelang memang cerah dan cukup panas.
“Selain nikmat, cara makan sumsum ini juga unik. Agak primitive tapi oke juga, “ timpal Mamok yang asyik menggerogoti daging yang menempel di antara tulang-tulang sumsum itu. Yefta langsung memberi petunjuk cara memakan sumsum, yaitu dengan mengisapnya lewat sedotan yang sudah tersedia.
Sementara Iran mengekspresikan kepuasannya dengan cara lain. Ia mencoba mencicipi semua menu yang dipesan temannya. Kendati sudah makan sop sumsum dengan nasi putih, ia juga mencicipi nasi gurih dari piring Winda dan sedikit daging ayam yang ada pada sop pesanan Ikra.
Sudah tentu suasana makan siang itu semakin riuh oleh obrolan khas seniman, yang terbuka dalam membicarakan banyak hal. Apalagi mereka juga harus sedikit mengeraskan suara, menimpali crowded suara kendaraan yang melintas di depan warung. Tentang hal ini, Ikra mengusulkan agar pemilik warung memasang sound-system dengan musik-musik yang asyik untuk sedikit mengimbangi suara kendaraan itu.
Terkesan oleh nikmatnya masakan yang disajikan, Ikra dkk tak lupa minta dibungkuskan untuk oleh-oleh. “Istri saya pasti suka nasi seperti ini, karena nggak pakai santan, “ alasan Ikra yang memesan 2 bungkus .
Tadinya Winda dan Mamok ingin membawa sop sumsum, tapi urung karena warung itu belum menyediakan kemasan yang memadai untuk dibawa jauh, apalagi harus naik pesawat ke Jakarta. Akhirnya semua sepakat untuk membawa oleh-oleh nasi gurih. “Wah…ternyata nasi gurih bisa jadi oleh-oleh baru khas Magelang nih, “ celetuk Winda ketika pamit meninggalkan warung itu (bolinks@2010).

17 komentar:

  1. Lebaran kemarin aku sempat mampir ke warung ini. Aku penasaran, kata saudaraku yg tinggal di komp Akmil. Warung ini mmg tepat berada di dpn komplek itu.
    Menunya lumayan unik. Di Magelang kaya'nya belum ada.
    Ternyata benar kata saudaraku. Nasi gurih dan sambelnya...uenak. Sop Sumsumnya juga ..maknyus.

    BalasHapus
  2. Ikranegara:
    Isteriku Kay kirim salam untuk Mbak Antie. Nasi gurihnya betul-betil enak. Kami gadokan dengan sop ikan.

    BalasHapus
  3. Mualim M Sukethi:
    Salam kembali mas Ikra. Nasi gurihnya bisa dikirim ke Jkt kok...tapi ongkos pesawatnya ditanggung sendiri...he he

    BalasHapus
  4. Bambang Dwiatmoko:
    kapan mampir ke sala3?

    BalasHapus
  5. Ikranegara:
    @Bambang. Bisa diatur deh. Sala3 punya gedung teate5r, kan? Wah, jangan keras-keras jawabya dengan "Ya!" gitu, nanti kedengaran Magelang pada iri lho! kita mulai dengan tukar alamat email yuk:
    ikra_twin@yahoo.com

    BalasHapus
  6. Juli Wanti:
    Aku pernah berkunjung ke Museum OHD, Desember tahun lalu. It's GREAT ! Tak menyangka kota kecil Magelang menyimpan harta karun tak ternilai. Bukan hanya nilai rupiahnya yg pasti ratusan milyar. Tapi nilai budayanya yang...WOUW tak terkira.
    T...api saya dengar, pejabat atau birokrat Magelang sendiri malah belum pernah mengunjungi museum senirupa Indonesia yang dianggap terbesar di dunia ini. Apa pasal ? Nggak tahu atau nggak mau tahu ?
    Kalau museum ini ditempatkan sbg potensi wisata, tentu Magelang tak dikenal hanya Borobudur saja. Ketika saya berkunjung, banyak turis asing yg datang dan mengagumi koleksinya. Lho..

    BalasHapus
  7. Mualim M Sukethi:
    Mas Ikra, Sala3 sm spt MGL ngga ada gedung yg cukup memadai tuk pentas seni. Malahan kehidupan senibudayanya ketinggalan dibanding MGL. Yg membanggakan Sala3, di sana ada Satya Wacana. Universitas yg lbh bermutu drpd 2 PT di MGL.

    BalasHapus
  8. Mualim M Sukethi:
    Juli, mestinya MGL memulai pembangunan kotanya berbasis 'wisata seni'. Pasti Top Merkotop..deh.

    BalasHapus
  9. Edy Giri Purwanto:
    Dadi pingin mulih Magelang.... !

    BalasHapus
  10. Eko Magelang:
    suwun cak...wah dadi pingin lek mulih, wong awam iso gampang mlebu po ?

    BalasHapus
  11. Ari Madiyanti:
    om, lokasi museumnya dimana? thanks

    BalasHapus
  12. Mualim M Sukethi:
    Prinsipnya bisa, tp dgn janji dulu. Letaknya di Jl. Diponegoro, persis di per3an jeksaan (pojok jalan penjara). Coba klik websitenya 'Museum OHD'.

    BalasHapus
  13. Hasnah Azhariah Rahman:
    eh..ada bunda Ninik jg ayah Putu..hehe..matur nuwun pak Muallim..InsyaAllah kapan2 jalan ke sana jg..

    BalasHapus
  14. Wienda Hendrawati:
    pokoke koleksine rrrruarrr biasa abis capek keliling OHD gallery makan nasi gurih n minum es jeruk di A&A restaurant siip pokoke

    BalasHapus
  15. Mualim M Sukethi:
    @Hasnah:
    Sekarang seniman2 dan tokoh penting Indonesia kalau berkunjung ke Magelang selalu minta diantar ke museum ini. Tapi kalau politikus nggak, karena mereka mmg 'ora melek budaya'...

    BalasHapus
  16. Mualim M Sukethi:
    @Wienda:
    Jadi komplit kan servisnya wong Magelang. Lwt museum OHD anda2 pasti akan kenyang dan terpuaskan rohaninya. Lewat warung, dengan nasi gurih dan sop sumsumnya, Anada2 sehat jasmaninya.

    BalasHapus
  17. Kalau ke Magelang harus mampir lagi ke Warung A&A...itu pasti. Nasi gurih dan sop sumsumnya bikin kangen. Ini akan jd tujuan wisata kuliner Magelang yg wajib dikunjungi.

    BalasHapus
 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich