Teks & Foto: Mualim M Sukethi (borobudurlinks@2010).
01.
Pisowanan Agung versi keraton Magelang. Prajurit perwira utama (komandan upacara) menghadap paduka raja (walikota), yang nampak duduk di singgasana didampingi permaisurinya. Sementara mahapatih dan elite istana lainnya duduk di kanan-kirinya.
02.
Yang kiri tentara bo’ongan, sementara yang kanan tentara beneran. Sama-sama gagah dan cantik. Siap mengemban amanah baginda raja.
03.
Karena panggungnya ketinggian, anak-anak memanjat pagar untuk menikmati wayang wong. Mungkin karena panggungnya memang disiapkan untuk (hanya) ditonton oleh para elite dari panggung kehormatan.
04.
Rakyat cukup rebutan gethuk. Mungkin membayangkan akan mendapat barokah seperti pada grebeg maulud di keraton Jogya dan Solo.
05.
Lumayan…dapat gethuk hasil grebeg. Bisa buat oleh-oleh saudara di rumah.
06.
Jumlah polisi dan satgasnya lumayan banyak. Rakyat memang harus dijaga ketat, mungkin dikawatirkan akan berbuat anarkis.
07.
Harus ada pagar yang memisahkan rakyat dan para pejabat.
08.
Yang merasa capek cukup ndeprok di rerumputan. Cape ? Jangan mengeluh. Cape itu hak dan kewajiban rakyat.
09.
Asongan yang menjajakan kartun Upin & Ipin. Lho kok nggak ada Si Unyil atau Si Bolang ya....?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Amalia Suharto:
BalasHapuswah... jadi kangen... kudu pindah tenan iki... hehehehe...
Eko Magelang:
BalasHapusmakasih mas, foto2 nya, seumur2 blum perah nyaksikan ini di magelang.....
Mualim M SuKethi:
BalasHapusLia, Ayo cepet pulang. Berjuang bersama kita. Mas Eko juga...he he. Kikis habis feodalisme di sekitar kita. Foto2 itu dgn telanjang menunjukkan semangat feodalisme itu.
Mualim M Sukethi:
BalasHapusLia, Ayo cepet pulang. Berjuang bersama kita. Mas Eko juga...he he. Kikis habis feodalisme di sekitar kita. Foto2 itu dgn telanjang menunjukkan semangat feodalisme itu.
Yusuf Kusuma:
BalasHapussemangat menjajah, bukan memerdekakan......
mBilung Sarawita:
BalasHapusSeputar foto no.8 : Keadaan seperti ini sudah terjadi sejak tahun lalu (2009). Kelompok-kelompok penampil kesenian dari sekolah-sekolah (ada topeng ireng, ada marching-klung, dsb), sesampai di Alun-alun malah "tidak dipakai", mereka dibiarkan saja "keleleran" di rerumputan, setelah capek berdiri beberapa lama menjadi peserta upacara (yang tak ... Lihat Selengkapnyakunjung usai dan membosankan bagi remaja usia belasan-tahun). Padahal, sejak beberapa hari sebelum hari H 11 April, mereka sudah giat berlatih di sekolah masing-masing lhooo ...
Mualim M Sukethi:
BalasHapusMas mBilung: Mestinya kan panggung2 itu bisa dimanfaatkan secara optimal. Tidak hanya dimanfaatkan tuk pentas 2-3 jam, Lalu dibongkar. Ongkos sewa, mbangun dan bongkar kan tdk murah.
Kalau itu bisa dimanfaatkan selama 15 jam (sd jam 23-00), ditambah sound dan lighting-system, maka tdk hanya Topeng Ireng dan Marcing Klung, tp band2 indie, campursari, bahkan Teaternya Mas Gepeng bisa pentas sampai puas. Tidak harus nunggu adanya Gedung Kesenian.
Roy Rosadi:
BalasHapusSelamat ulang tahun kota Magelang, semoga lebih sukses kedepannya..Amin. Btw EO-nya sih dr Keraton sih..coba kalau EO-nya yg pro, pasti lain tuh ceritanya hehe
Julianti:
BalasHapusYang pasti kemarin itu EO-nya ngga prof, karena ditangani pemkot sendiri. Bisa jd krn ndak percaya sm EO2 lokal yg ada. Atau ndak mau berbagi rejeki. Saya dengar biayanya sekitar 700 jt. Besar banget kalo acaranya cuma segitu. Untung gueedee tuh....