Ruwat Rawat Borobudur

Borobudur Links | Juli 06, 2009 | 11.32 wib | Label: Event and News


Rakyat membutuhkan sang pamomong yang bisa mengayomi dan memberikan peluang untuk memperbaiki kehidupan, dari pendidikan, kesehatan hingga ekonomi kerayakatan.

Karena itulah menjelang Pilpres 8 Juli mendatang, warga di sekitar Candi Borobudur dan perbukitan menoreh menggelar acara ‘’Ruwat Rawat Borobudur’’ di tuk songo, lereng bukit Menoreh.

Berbagai hasil usaha warga, seperti tahu dan berbagai hasil bumi dibuat gunungan dan di arah ke lereng Menoreh. Puluhan kelompok kesenian dan warga turut mengikuti arak-arakan dalam prosesi ritual tersebut.
Pemrakarsa acara, Sucoro mengatakan, sudah menjadi tradisi bertahun-tahun ribuan warga terutama dari desa-desa di sekitar Candi Borobudur bahu membahu dalam acara budaya yang telah berlangsung untuk keenam kalinya di kawasan itu.


Sedikitnya sepuluh kelompok kesenian tradisional dan sejumlah komunitas seniman dariBorobudur dan sekitarnya, menyuguhkan berbagai karya seni tradisional, kontemporer, dan kolaborasi dalam ‘’Ruwat Rawat Borobudur’’.

Dikatakan Coro, kegiatan itu bertema ‘’Wangsit Sang Pamomong’’ sebagai simbol bahwa saat ini Bangsa Indonesia sedang mencari ‘’Sang Pamomong’’ yang dalam dunia pewayangan difigurkan dalam tokoh Semar.

‘’Bangsa Indonesia butuh pamomong atau pengasuh, para elite sekarang ini banyak bicara persoalan desa, tetapi mereka tidak paham desa, bicara ekonomi kerakyatan tapi rakyat belum ada perubahan hidup menjadi lebih baik, mereka butuh pamomong, butuh Semar,’’katanya.

Menurutnya, beberapa pementasan kesenian yang digelar dalam kegiatan itu antara lain tarian ‘’jatilan’’ (Dusun Sambeng, Puton, Nampan, ketiganya di Desa Borobudur), ‘’ndayakan’’ (Bojong, Kecamatan Mungkid), ‘’warokan’’ dan ‘’topeng kencono’’ (Keron, Kecamatan Sawangan), ‘’kubro siswo’’ (Sambeng, Borobudur), dan musik rebana (Sumong dan Puton), serta performa seni oleh seniman dari Komunitas Seniman Borobudur Indonesia (KSBI) pimpinan Umar Khusaeni.

Kegiatan itu dimulai dengan prosesi ‘’Wangsit Sang Pamomong’’ oleh ratusan seniman Borobudur yang antara lain ditandai dengan pengusungan sesaji dan wayang Semar diiringi berbagai tabuhan gamelan.

Peserta prosesi yang mengenakan pakaian adat Jawa dan pakaian kesenian tradisional, katanya, berjalan kaki sepanjang sekitar 600 meter dari Dusun Puton menuju Sumong, Desa Tuksongo.

‘’Ada tujuh orang pemuka desa setempat yang memimpin prosesi budaya tersebut,’’katanya.

Menurutnya, kegiatan itu juga dimanfaatkan oleh KPU setempat untuk menyosialisasikan pilpres.

‘’Supaya masyarakat mengetahui cara memilih yang benar, sesuai hati nurani. Kegiatan itu kesempatan yang tepat untuk mengurangi golput dalam pilpres nanti,’’tambahnya. (Sholahuddin al-Ahmed)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich