Oleh MyAsa Poetika.
Borobudurlinks, 13 Mei 2012. Malam
minggu (12/5) kemarin udara dingin di Magelang berubah lumayan hangat. Hal ini
disebabkan oleh hadirnya kelompok music jazz ‘Swing Line’, yang menghibur
khalayak dalam acara ‘Djarum MLD STREET JAZZ’. Hajatan yang tergolong
‘mini-concert’ itu berlangsung pukul 19.00 – 21.00, di jalanan samping
Mapolres Alun-alun Selatan Kota Magelang. Beberapa lagu jazz standard seperti
‘Girl From Ipanema’ dan ‘Fly to The
Moon’, serta sekitar sepuluh lagu lainnya dinyanyikan oleh duet penyanyi Sherly
dan Itok.
Acara yang pertama kalinya
diadakan di Magelang, ini adalah bagian dari empat pertunjukan serupa setiap
Sabtu malam. Selain di Magelang, acara serupa juga diadakan di Alun-alun
Temanggung. Hanya selang waktu, Di Temanggung berlangsung jam 16.00-18.00,
sementara di Magelang satu jam kemudian.
Upaya Djarum MLD menghadirkan
hiburan ini pantas diapresiasi. Jazz tampil lebih membumi, tak membedakan kelas
penontonnya. Sebagian besar pengunjung adalah warga yang hanya mampu berekreasi
menikmati malam minggu sambil menikmati hidangan angkringan di Alun-alun.
Tapi penempatan panggung
dengan penonton yang dipisahkan oleh
jalanan dengan lalulintas yang lumayan padat rasanya pantas dipertanyakan. Apa
yang mau dicapai ?
Penonton yang berdiri atau duduk
di antara sesaknya warung angkringan dan parkir motor di sebrang Mapolres,
sebetulnya merasa kurang nyaman dengan kondisi ini. Selain pandangan terganggu
oleh lalu lalang kendaraan dan klakson yang kadang-kadang melengking, juga asap
kenalpot pastilah kurang oke bagi kesehatan.
Bisa dibayangkan, saat solo
flute mengalun lembut, tiba-tiba ditimpa lengkingan klakson. Atau saat penyanyi
mulai bergoyang, pandangan penonton terhalang deretan mobil dan motor yang
tersendat karena lampu merah menyala. Apa boleh buat,….di tengah situasi
Magelang yang miskin hiburan kondisi seperti ini sudah lumayan menghibur.
Sesungguhnya masyarakat
Magelang pernah memiliki gelaran jazz
yang lebih nyaman, yakni ketika acara rutin yang digelar MJC (Masyarakat
Jazz Community) dan warung ‘Kucing Gunung’ masih berlangsung setiap Jumat dan
Sabtu malam. Namun entah kenapa tontonan yang mengasyikkan itu terhenti.
Dengar-dengar ada larangan dari Pemkot Magelang, karena dianggap berpotensi
terjadinya kerusuhan.
Kalau benar, alasan itu tentu
mengada-ada. Sebab kendati ditonton hingga ratusan orang, sebagian besar anak
muda, tapi pertunjukannya relative berlangsung tertib. Tak ada alcohol dan
narkoba yang bisa ditemukan pada anak-anak muda itu, yang biasanya mudah
memancing emosi dan kerusuhan. Yang ada adalah kegembiraan karena bisa
berekspresi serta saling menghibur.
Pertanyaan selanjutnya, kenapa
tontonan ini bisa mendapat ijin dan berlangsung lancar ? Sementara gelaran di ‘Kucing Gunung’ (depan Gedung Wanita, jalan
Veteran) dilarang ? Apakah karena
tontonan ini diusung Djarum MLD yang pasti punya duit dan bisa membayar
pungutan, sementara acara di ‘Kucing Gunung ‘ pasti gratisan karena murni
swadaya komunitas music ? Siapa yang bisa memberi jawaban ? (bolinks@2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar