PEKAN FILM DOKUMENTER MAGELANG 2011. (Penghargaan Untuk Ki Sambi & Pedagang Pasar Rejowinangun).

Borobudur Links | April 20, 2011 | 22.22 wib | Label: Event and News


Borobudurlinks, 19 April 2011. Sekarang ini hampir semua warga masyarakat, termasuk warga Magelang, bisa dengan mudah membuat film. Gejala menggembirakan ini tentu tak lepas dari perkembangan teknologi komunikasi digital. Dengan demikian masyarakat kini bisa berekspresi melalui film yang dianggap sebagai media komunikasi dan ekspresi paling efektif.
Agar film-film yang dibuat itu dapat tersosialisasi dengan baik, perlu adanya suatu forum yang bisa difungsikan sebagai jembatan komunikasi antara pembuat, pemerhati, dan masyarakat luas yang bisa memanfaatkan film-film itu. Lewat forum ini para pemangku kepentingan di bidang film bisa saling belajar tentang berbagai persoalan film secara lebih baik.
Belajar dari pengalaman ‘Festival Film Pendek Tidar Magelang 2010’, serta pertemuan pembentukan ‘Forum Komunikasi Komunitas Film Magelang Raya’, tanggal 3 April 2011 lalu, borobudurlinks.com memberanikan diri mengadakan ‘PEKAN FILM DOKUMENTER 2011’. Pekan film yang pertama kalinya diadakan di Magelang ini rencananya akan diadakan pada tanggal 22-24 April 2011, bertempat di ‘Trio Art Space’, Hotel TRIO, Jalan Jend.Sudirman 72, Kota Magelang.
“Jumlah pembuat film di Magelang ternyata cukup banyak. Beberapa bahkan eksis di kancah nasional. Rasanya memang tepat kalau saat ini, di Magelang, mulai digerakkan kegiatan atau program film, “ kata Mualim M Sukethi, pendiri dan pengelola borobudurlinks.com, menjelaskan tujuan diadakannya acara film ini.
Selain dirinya yang dikenal sebagai produser film dan program TV nasional, Mualim kemudian menyebut beberapa nama. “Hartanto, mantan Dekan FFTV-IKJ, kini tinggal di Grabag dan mendirikan GrabagTV, yang sempat mengudara beberapa waktu lalu”.
“Dari segi jumlah memang lumayan banyak pembuat film di Magelang. Yang menggembirakan, keberadaan mereka tak hanya di kota, tapi menyebar hingga ke desa-desa di luar kota Magelang, “ kata Hartanto, yang menggagas dibentuknya Forum Komunikasi Komunitas Film Magelang Raya. “Kata Magelang Raya itu untuk mencairkan wilayah budaya Magelang. Supaya tak terkotak-kotak oleh wilayah administrasi kota dan kabupaten Magelang, “ lanjut pria yang dianggap master di bidang tatasuara film itu.

Sedangkan Ginanjar Teguh Iman, Mahasiswa UTM, adalah finalis Eagle Award 2009 (penghargaan bergengsi di bidang film documenter yang diadakan MetroTV) lewat filmnya ‘Dunia Kecil Dalam Kotak’. “Saya mau terlibat dalam acara ini karena forum seperti ini sudah saatnya ada di Magelang. Mungkin lewat forum seperti ini bisa dirintis adanya festival film yang bergengsi di Magelang, “ alasan Ginanjar, yang dalam acara ini bertindak sebagai coordinator acara.
Pemenang ‘Festival Film Dokumenter Jogyakarta’, Johanes Aditya, yang lahir dan besar di Muntilan, beralasan lain lagi. “Ini menjadi alternative dari bioskop. Lewat forum seperti ini masyarakat bisa menonton film-film yang ngga mungkin diputar di bioskop, seperti film documenter yang pernah saya buat, “ ujar pria yang kini bekerja sebagai program director di PH ‘DreamLight’ ini.
Selain beberapa nama di atas, tentu pembaca telah mengenal nama-nama seperti Suzanna, Dicky Suprapto, Kris Biantoro, Nurnaningsih, Marlia Hardy, Nafa Urbah, yang malang melintang di jagad film dan sinetron sebagai artis-artis pemeran papan atas. Sedangkan nama-nama Frans Totok, Rako Priyatno, dan Harry Dagoe adalah sutradara yang pernah mengecap udara sejuk ‘kota gethuk’ ini.
Selain dokumenter apakah jenis film lain juga akan diputar ? “Sementara ini film documenter dulu. Bulan depan film pendek/klip, lalu film-film yang diangkat dari karya sastra dengan tema ‘Sastra Versus Film’, seterusnya ‘Perempuan Dalam Film Indonesia’, dan lain-lain ,” kata Mualim menjelaskan rencana program film dari borobudurlinks.com di masa datang.
Mualim, yang pernah memproduksi ‘Parmin’ – sinetron terbaik pemenang 5 Piala Vidia dalam Festival Sinetron Indonesia (FSI) 1994 (pengganti FFI yang kala itu vakum), menganggap keberagaman jenis dan tema itu diharapkan mampu menempatkan film sebagai media pembelajaran. “Jadi nanti penonton pekan film yang kami adakan tak hanya terhibur, tapi juga mendapatkan pencerahan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan lainnya “.
Seperti dalam pekan film kali ini penonton bisa melihat seberapa jauh pencapaian sineas Magelang. Selain itu juga bagaimana pandangan mereka tentang kotanya sendiri. Beberapa film yang akan diputar memang mengangkat persoalan kota Magelang, seperti ‘ Langit Merah Bulan Juni’, karya Komunitas Jeda, yang mengangkat masalah Pasar Rejowinangun, yang terbakar hampir 3 tahun lalu dan hingga kini tak ada kejelasan akan dibangun kembali.
“Untuk itulah pekan film kali ini juga kami persembahkan buat Ki Sambi, penemu wayang gethuk dan pedagang keris dan barang antic pasar Rejowinangun, yang hampir 3 tahun menderita karena harus berdagang di pasar penampungan yang kondisinya memprihatinkan ,” lanjut Mualim, yang kini banyak mengerjakan film documenter bersama sejumlah LSM itu.
Soal tempat, kenapa di Hotel TRIO ? “Ini hanya salah satu alternative ruang private yang bisa dijadikan ruang public bernuansa budaya. Kebetulan Hotel TRIO memulainya. Tentu kami berterimakasih, “ kata Hartanto, yang juga menyediakan studio GrabagTV untuk acara semacam ini. Beberapa tempat yang sudah menawarkan diri antara lain: Skylight, Studio Deddy PAW, Padepokan Eka Pradaning di Candimulyo, Komunitas Matahari Muntilan, dan lain-lain.
“Kami tak berhenti di satu ruang. Ruang ekspresi ada di mana-mana. Selain secara strategis mampu menyebarkan ideology film, kami juga mencoba mendobrak kebekuan kreatif karena ketiadaan ruang semacam gedung kesenian di Magelang, “ lanjut Ginanjar, menjelaskan alasan pemilihan tempat-tempat pekan film selanjutnya (Myasa Poetika/bolinks@2011).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich