Pengunjung Museum Haji Widayat Sepi

Borobudur Links | September 26, 2010 | 20.08 wib | Label: art and culture


MUNGKID - Ditetapkannya tahun 2010 sebagai Tahun Kunjungan Museum oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, seperti tak ada gaungnya. Museum-museum dengan koleksi benda berharga dan bersejarah, sekalipun sudah punya nama besar, tetap saja terlihat sepi.

Museum Haji Widayat, contohnya. Hingga mendekati penghujung Bulan September, jumlah pengunjungnya hanya 6 orang. Sebagaimana tercatat pada buku tamu museum tersebut, dalam sepekan jumlah pengunjung seringkali tidak pernah lebih dari 2 orang.

Hal itu tentunya belum sesuai harapan pengelola museum yang baru. Meski begitu, pihak pengelola masih terus melakukan pembenahan agar keberadaan museum menjadi lebih menarik sehingga bisa merasang mesyarakat untuk mengunjungi museum yang terletak di pertigaan Borobudur-Kota Mungkid tersebut. "Kami berharap keberadaan museum itu dapat memberikan sumbangsih terhadap kemajuan seni budaya Indonesia, khususnya Kabupaten Magelang," ujar Ary Purnomo Sidi,salah seorang putra almarhum Haji Widayat yang juga mengelola museum tersebut.

Untuk kepengelolaan yang baru ini, museum Haji Widayat memiliki lima orang Kurator, mereka adalah Oeng Hoe Djien, Ayip Rosyidi, Suwarno, Hermanu dan Rektor Istitut Seni Indonesia (ISI),"Siapapun yang menjadi Rektor ISI akan menjadi kurator di museum kami," jelas Ipunk, panggilan pria tersebut.

Museum Haji Widayat adalah salah satu museum yang didirikan dengan jerih payah Haji Widayat. Dia adalah seorang maestro pelukis, dengan perjuangan dan keringatnyalah museum tersebut bisa berdiri seperti sekarang. Dengan adanya sebuah pergantian pengelolaan diharapkan museum ini akan semakin berkembang.

Suprayitno, salah seorang pekerja di Museum Haji Widayat menuturkan jumlah pengunjung memang tak pernah banyak, sekalipun pada hari-hari libur. Kecuali, jika ada rombongan pelajar yang datang pada setiap tahun ajaran baru."Mereka dapat tugas dari sekolah, berkunjung ke sini, didampingi guru mereka," terang Suprayitno, Minggu (26/9). Tiap kali ada kunjungan, baik wisatawan lokal maupun turis asing, Suprayitno yang bertugas mendampingi mereka. Jika ia sedang ada pekerjaan lain, tugasnya akan digantikan Nurrodin, juga pekerja di Museum Haji Widayat. "Dulu ada teman kami yang lebih tahu soal benda seni, yaitu Pak Abrori. Tapi sekarang beliau masih istirahat," ucap Suprayitno.

Tak ada yang bisa disalahkan mengapa museum yang berdiri di atas tanah seluas 7 ribu meter persegi itu sering sepi pengunjung. Padahal dari segi lokasi, kondisi bangunan dan beragam fasilitas penunjang serta lingkungannya, semua serba ideal, bersih dan nyaman. Pengelola pun telah melakukan banyak terobosan agar museum tersebut bisa lebih memikat wisatawan.
"Misalnya, menganti lukisan yang sudah lama dipajang di museum dengan lukisan lain yang masih tersimpan dalam kurun waktu tertentu," ungkap Suprayitno.

Dilihat dari manapun, Museum Haji Widayat selalu terlihat bersih dan rapi. Mulai dari halaman depan, ruangan-ruangan museum, halaman belakang, hingga galeri dan artshopnya. Puluhan koleksi tanaman hias, bunga dan buah-buahan ada di sana, berdampingan dengan kolam-kolam ikan dan patung-patung koleksi alm. Haji Widayat."Mungkin kultur masyarakat kita saja yang belum terbiasa berwisata ke museum," ucap Suprayitno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich