Di Bawah Pohon Bodhi, Wisatawan Mencari Energi

Borobudur Links | September 26, 2010 | 20.16 wib | Label:


BOROBUDUR - Pohon Bodhi yang berada di halaman belakang Hotel Manohara, Borobudur, terlihat dikelilingi sekelompok orang, Sabtu siang (18/9). Kebanyakan diantara mereka sepertinya bukan warga Indonesia. Orang-orang itu melakukan beberapa jenis gerakan yang hampir mirip dengan tarian.

"Mereka wisatawan mancanegara yang sedang menggelar ritual untuk mencari energi Jawa," tutur Kanwa Adhi Kusuma, seorang Indonesia yang ikut dalam kelompok itu. Kanwa adalah seniman pematung Indonesia, lulusan Institut Teknologi Bandung, yang selama ini bermukim di Belgia.

Dia menyebutkan, ada sebanyak 28 wisatawan mancanegara dalam kelompk itu. Mereka datang dari Belgia, Belanda, Perancis, dan Spanyol.

"Mereka mengenal Jawa sebagai suatu bentuk kepasrahan, penyerahan diri total dan penjernihan jiwa. Jawa yang mereka kenal lebih bersifat filosofis, bukan sebuah identitas kesukuan," tutur Kanwa, yang berperan sebagai juru bicara.

Para wisatawan tersebut kebanyakan berprofesi sebagai seniman. Mereka justru mengenal budaya Jawa dari para pekerja seni Indonesia yang bermukim di Belgia, termasuk Kanwa. Di Belgia, namanya tidak asing lagi di kalangan seniman setempat.

"Saya punya komunitas dengan anggota ribuan orang dari berbagai negara," terangnya. Dalam setiap kegiatan ritualnya, yang selalu mereka cari adalah energi Jawa. Menurut Kanwa, energi ini bukan hanya ada di Pulau Jawa, melainkan di mana saja, selama ada ketenangan dan kekuatan yang tersimpan.

Dalam ritual di bawah pohon Bodhi ini, mereka menggelar prosesi selama sekitar 2 (dua) jam, dengan iringan petikan siter dan kecapi. Mereka seperti menari, namun dengan mata terpejam sambil mengelilingi pohon besar itu.

Mereka menamai kegiatan ini sebagai "Kosmologi Hidup". Ini merupakan sebuah upaya untuk membangun kesegaran spiritual, dengan cara "berdialog" dengan alam, menggunakan kata hati untuk mengeksplorasi lingkungan sekitar.

Permain kecapi dan siter mengenakan pakaian berikut ikat kepala warna putih. Mereka duduk bersila, memainkan musik dengan irama khas Sunda.

Sementara, sebagian peserta lainnya menaburkan bunga mawar pada tumpukan kelapa muda yang disusun di bawah pohon Bodhi. Setelah itu, mereka melakukan gerakan secara bebas namun tetap selaras dengan alunan irama kecapi dan siter.

"Gerakan mereka sebenarnya mengikuti kehendak hati masing-masing," imbuh Kanwa. Kelapa muda digunakan sebagai simbol "pintu gerbang" masuknya energi Jawa.

Kanwa sendiri mengaku sudah sekitar 10 tahun mengembangkan laku tersebut. Selama ini, para peserta tidak dibatasi identitas negara. Kegiatan yang awalnya hanya dilakukan di Belgia itu, kini sudah merambah di banyak negara.

Sebelum menggelar acara di kompleks Candi Borobudur, ia lebih dulu mengadakan acara serupa di Candi Sukuh. Acara yang sama akan berlanjut Candi Angkor Watt di Kamboja.

"Setelah mengikuti acara ini, mereka biasanya mengaku merasa sehat dan bugar. Mereka memeroleh kesegaran spiritual, sebagai landasan melakukan berbagai aktivitas sehari-hari. Kegiatan seperti ini sangat disukai warga Eropa,” tutur Kanwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich