Pujo Suwarno: “EKONOMI BOROBUDUR 24 JAM”.
Borobudurlinks, 13 Juli 2010. Dalam diskusi ‘SeniBudaya Bagian Terpenting Pariwisata’, Juni 2010, di Limanjawi ArtHouse, Borobudur, di antara peserta hadir juga Pujo Suwarno, General Manager Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWCBPRB). Untuk mengetahui lebih jauh pemikiran dan rencana pengembangan wisata di sekitar Borobudur, berikut ini kami sajikan wawancara dengan beliau. Wawancara ini berlangsung di antara kesibukan beliau mempersiapkan pementasan sendratari ‘Mahakarya Borobudur’.
Tanya: Dalam diskusi kemarin, Bapak menawarkan konsep “Ekonomi Borobudur 24 jam”. Bagaimana penjabaran konsep itu ?
Jawab: Itu merupakan upaya untuk menahan wisatawan tinggal lebih lama di Borobudur. Caranya dengan memperbanyak aktivitas ekonomi dan budaya di sekitar Borobudur.
Selain itu juga salah satu cara untuk mengurangi beban candi saat kunjungan wisatawan mencapai puncak. Dengan adanya berbagai aktivitas itu, wisatawan bisa bergiliran untuk menaiki candi. Karena candi bukan satu-satunya wahana tujuan.
Tanya: Apa saja yang menjadi modal untuk pengembangan ‘Ekonomi Borobudur 24 jam’ ?
Jawab: Di sekitar Borobudur ada 20 desa yang bisa dikembangkan menjadi tujuan wisata. Selain itu tercatat ada 36 grup kesenian yang bisa mendukung program itu.
Tanya: Apakah hal itu cukup, mengingat waktu 24 jam itu berarti harus ada kehidupan dan hiburan malam, seperti adanya café, diskotek, dll ?
Jawab: Memang kehidupan malam identik dengan minuman keras dan sebagainya. Salah satu kendalanya adalah Perda Miras. Mungkin perlu adanya pengecualian bagi kawasan wisata Borobudur. Toh bagi wisatawan asing, minuman keras itu merupakan suatu kebutuhan pokok, bukan sekedar untuk bermabuk-mabukan.
Tanya: Soal keberadaan 20 desa, apakah sudah ada perencanaan yang lebih kongkrit untuk ‘menjual’ desa-desa itu ?
Jawab: Kami merencanakan ‘Paket Wisata Desa’ berupa Borobudur Daily Coach Tour dengan alternative 1 Hour; 2 Hour dan 3 Hour; selain itu Paket 2D/1N dan 3D/2N. Paket – paket tersebut masih dalam taraf penjajagan dan pematangan antar pelaku wisata.
Tanya: Selain ‘Program Borobudur 24 Jam’, kira2 program pariwisata apalagi yang ingin dikembangkan pihak TWBPRB ?
Jawab : 1. Membenahi visitor manajemen, khususnya berkaitan dengan aktifitas wisatawan diatas Candi Borobudur, untuk mengurangi tingkat kecelakaan ( manajemen resiko) dan penyalahgunaan wisatawan dalam memberlakukan batuan Candi Borobudur ( memanjat stupa):
2. Melibatkan umat Budha untuk turut serta mendo’akan keselamatan bagi kawasan Borobudur, pada hari – hari tertentu.
3. Menyelenggarakan hari – hari Raya Umat Budha, antara lain : a. Feb : Hari Raya Magha,Sang Budha memberi khotbah dihadaan 1.250 Bhiksu secara serentak; b. Mei : Hari Raya Trisuci Waisak c. Juli : Hari Raya Asadha, Sang Budha memberikan kotbah pertama kali (memutar dharma cakra) d. Oktober : Hari Raya Kathina, Umat Budha memberikan bantuan kain untuk Bhiksu di vihara-vihara.
4. Panggung Kesenian Rakyat/Tradisional yang berada di beberapa titik yang ada di kawasan Borobudur.
Tanya: Apakah sudah ada kerjasama antara pihak TWBPRB dengan stake-holder lain dalam pengembangan wisata Borobudur ? Bagaimana kerjasama yang sudah dilakukan dengan pihak Pemkab Magelang ?
Jawab : 1. Kerja sama dengan pengelola Hotel, Home stay di sekitar Kawasan Borobudur; 2. Kerja sama dengan paguyuban Kesenian Rakyat Borobudur; 3. Kerjasama dengan HPI Borobudur; 4. Kerjasama dengan Koperasi Pariwisata Borobudur; 5. Kerjasama dengan Paguyuban Andong Wisata Borobudur;6. Merintis kerjasama dengan Desa – Desa di sekitar kawasan Borobudur.
Dengan Pemda Magelang bekerjasama untuk meningkatkan dan mengoptimalkan asset – asset yang dimiliki Pemda untuk pengembangan kepariwisataan. Saat ini sedang membuat kajian bersama guna program Pemberdayaan, Penyebaran dan Pengembangan Ekonomi Wisata Kawasan Borobudur
Tanya: Bagaimana dengan masalah promosi, apa yang sdah dilakukan untuk menunjang program2 itu ?
Jawab : 1. Mengadakan road show ke berbagai kota besar (Jakarta, Bali, Yogyakarta, Bandung, Solo, Semarang, dan Singapura); 2. Mengikuti pameran Bursa Pariwisata Dunia ITB Berlin; 3. Mengikuti berbagai event pasar wisata di Surabaya, Jakarta dan Solo; 4.Membuat website (format baru); 5. Memperluas networking.
Tanya: Dalam diskusi tadi Anda juga memaparkan masalah Kawasan Strategis Nasional (KSN), bisa dijelaskan tentang hal itu ?
Jawab: KSN adalah masalah tata ruang, suatu upaya untuk menata lingkungan sekitar Candi Borobudur, Mendut, dan Pawon. Penataan ini meliputi kawasan sekitar 3000 hektar. Dimulai dari sekitar Palbapang hingga desa-desa sekitar Borobudur.
Pada saatnya KSN akan dilandasi oleh Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Perpres/Perda. Kebijakan yang merupakan evaluasi dari masterplan tahun 1979, yang disusun oleh JICA, ini kini sedang digodog dengan berbagai kalangan, termasuk pelaku wisata di Borobudur.
Selain itu, kami juga mengusulkan untuk menata dan menghidupkan jalur wisata di sekitar Borobudur. Nantinya wisatawan bisa masuk lewat Deyangan, samping kawasan kantor Pemkab Magelang. Jadi bisa menghidupkan jalan Syailendra yang selama ini termasuk jalur mati.
(Karena wawancara berlangsung saat persiapan sendratari ‘Mahakarya Borobudur’, maka materi pertanyaan pun menyinggung pertunjukan reguler kebanggaan Borobudur itu).
Tanya: Berapa kali sendratari ini diadakan dalam setahun ?
Jawab: Awalnya, tahun 2004, hanya sekali setahun. Kini jadi 4 kali setahun.
Tanya: Berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan sendratari kolosal ini ?
Jawab: Awalnya sekitar 850 juta rupiah. Karena banyak properties dan peralatan yang harus beli. Kini sekitar 250 juta sekali pentas.
Tanya: Apa benar penarinya dari ISI (Institut Seni Indonesia). Kenapa tidak melibatkan penari local ?
Jawab: Tidak seluruhnya dari ISI. Sejak awal sudah melibatkan penari dan seniman local. Kini jumlahnya bahkan hingga 50%. Ke depan kita rencanakan hingga 70%-80%.
Tanya: Selain rencana untuk mengurangi jumlah penari dari ISI dan menambah penari local Magelang, apakah ada perubahan lain menyangkut pementasan itu sendiri ?
Jawab : (sementara ini) Tidak ada.
Tanya: Apakah ada kemungkinan dibuat sendratari dengan cerita lain, selain cerita yang bersumber dari sejarah pembangunan Candi Borobudur ?
Jawab : mungkin.
Tanya: Apakah mungkin pihak lain memanfaatkan fasilitas seperti panggung Aksobya, atau fasilitas lain di lingkungan Candi Borobudur, untuk kepentingan pementasan senibudaya semacam ‘Mahakarya Borobudur’ ?
Jawab : Mungkin, dengan catatan mendapatkan ijin tertulis dari Dirjen Sejarah & Purbakala
Tanya: Saya dengar hingga sekarang pementasan ‘Mahakarya Borobudur’ ini masih merugi ? Apakah bisa dijelaskan tingkat kerugian, atau sebaliknya peningkatan penonton, dalam beberapa pementasan terakhir ?
Jawab : Karena sebagian property masih harus sewa dan penari masih sebagian besar dari ISI Solo, jadi biayanya masih cukup besar. Soal penonton, dari awal pementasan menunjukkan adanya kenaikan dalam hal jumlah.
Tanya: Kiat2 pemasaran dan promosi seperti apa yang digunakan untuk menjaring penonton ? Dan bagaimana hasilnya ?
Jawab : Bekerjasama dengan para pelaku wisata ( Asita, Hotel, Layanan penerbangan, Pemandu wisata, dll)(Mualim M Sukethi/bolinks@2010).
Anda bisa posting-ulang artikel ini atau dengan mencantumkan link ini:
http://borobudurlinks.blogspot.com/2010/07/pujo-suwarno-ekonomi-borobudur-24-jam.html
http://borobudurlinks.blogspot.com/2010/07/pujo-suwarno-ekonomi-borobudur-24-jam.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar