REBOETAN KOEWASA PAKOENING TANAH DJAWA.

Borobudur Links | Mei 01, 2010 | 07.04 wib | Label: Event and News


Oleh: mBilung Sarawita.

Borobudurlinks, 1 Mei 2010.
Poentjak oendjoek seni dari warga oentoek warga di aloon-aloon Kota Magelang, hari Minggoe tanggal 25 April 2010 jang laloe, dalem rangka merajaken 1104 Tahoen Oemoer Kota Magelang dan 90 Tahoen Lajanan Water Toren, ija itoe Teater-Tari jang berdjoedoel Reboetan Koewasa Pakoening Tanah Djawa.
Menoeroet Andri Topo, salah satoe soetradalang teater-tari terseboet, alkisah pada djaman Mataram Koeno, goenoeng Tidar dikoeasai oleh Djin Sepandjang jang sering mengganggoe pendoedoek sekitar. Laloe datanglah oetoesan dari pengoeasa tlatah kidoel (jang kira-kira sekarang ini dikenal dengen nama “Jogja”) oentoek mengoesir radja djin terseboet dan para djin pengikoetnja.
Terdjadilah perang heibat antara pasoekan Djin Sepandjang melawan pasoekan tlatah kidoel. Djin Sepandjang dan pasoekannya terdesak, moendoer kotjar-katjir tetapi tiada jang mati. Sambil melariken diri dari kedjaran pasoekan tlatah kidoel, para djin itoe misih sempat-sempatnja melakoeken pengroesakan-pengroesakan di mana poen tempat jang mereka liwati. Akibat dari pertempoeran heibat dan pengroesakan-pengatjaoebalaoean oleh gerombolan djin itoe, goegoerlah Raden Krintjing, Njai Bogem, Tumenggoeng Mertojoeda, dan laen-laen.
Konon, nama desa Krintjing (di oetara Setjang), kampoeng Bogeman (di timoer Aloon-aloon), ketjamatan Mertojoedan (di selatan Kota Magelang), dan laen-laen, berhoeboengan erat dengen riwajat mitologi tjerita rakjat itoe. Bener-tidaknja tamtoe sadja beloem diketahoei sampai sekarang. Lha ija wong namanja sadja dongeng kok, ja tamtoe sadja boleh dipertjaja boleh poela tidak ;-).
Jang djelas, teater-tari besoetan para seniman aseli Magelang itoe mampoe menjedot perhatian tjoekoep banjak penonton. Sedjak pembawa atjara di panggoeng event Magelang Tempo Doeloe 2010 (ija itoe Pak Liek Onthelis VOC Magelang) mengoemoemken bahwasanja teater-tari Reboetan Koewasa Pakoening Tanah Djawa akan segera dimoelai, penonton soedah berdjoebel berkeroemoen di sepoetar lokasi oendjoek seni, ija itoe di arah tenggara-deket Water Toren, Aloon-aloon Kota Magelang.

Penonton nampak terhenjak kagoem saat teater-tari diawali dengen moeziek-pengiring jang dimaenken oleh Sanggar Omah Toempoek aseli Magelang. Bertoeroet-toeroet personel kelompok moeziek etniek ini ijalah : biola = Sigit; gitar 1 = Mendik; gitar 2 = Galih; bass = Yoyo; cello/coek = Hengky; saron = Dani; djembe = Pangat + Sengget + Topan + Gentho + Argo; maracas/rebana = Ria; vocal = Anya; event-manager/saron = Donna ;-). Aransemen moeziek jang dimaenken soenggoeh estetiek lagipoela tjotjok dengen penampilan teater-tari jang diiringi.
Satoe per satoe pemaen teater-tari bermoentjoelan. Ada jang moentjoel dari panggoeng jang ditempati oleh pemaen moeziek, bikin sadjian gerak beberapa menit, lantas melontjat ke reroempoetan di bawah panggoeng setinggi satoe-setengah meter itoe. Kaki para penonton bagai terpakoe, beberapa orang nampak ternganga moeloetnja ;-). Keroemoenan penonton di sebelah timoer tiba-tiba tersibak oleh masoeknja para pemaen jang laen, jang bergerak akas trengginas njaris kasar sambil berteriak-teriak lantaran peran mereka sebagai gerombolan djin berangasan.
Maka bertemoelah gerombolan djin dengan pasoekan tlatah kidoel, berperanglah mereka sedemikian heibat disaksiken Water Toren Alun-alun Kota Magelang. Di panggoeng tinggalah para pemaen moeziek-pengiring. Woedjoed “kalangan” penonton semangkin loeas, lantaran penonton “terdesak moendoer” oleh para peraga teater-tari jang bergerak berdjoempalitan kesana-kemari, akas trengginas namoen indah tiada tara, ditimpa soeara-soeara moeziek dan djerit peperangan, gembar-gembor para djin serta denawa jang bersosok barongan, tjongtjoeli, banaspati, thethekan, engklek-engklek, wewe-gombel, dan laen-laen. Di antara sosok-sosok menjeramkan itoe bergerak trampil lintjah trengginas indah poela sosok-sosok ksatria tlatah kidoel jang menawan .....

Satoe kedjoetan dibikin tiba-tiba ... saat aloenan moeziek seolah-olah pertanda oendjoek teater-tari hendak oesai, mendadak-sontak para djin-denawa dan para ksatria itoe kembali menerobos “kalangan” penonton di sisi timoer, landjoet berkedjar-kedjaran mengelilingi Water Toren, dan nistjaja menemboes menjibak menjeroeak dari arah belakang “kalangan” penonton di sisi barat ... Geger-gendjik soeasana hiroek-pikoek semangkin mendjadi-djadi tatkala moeziek kembali dimaenken rantjak sigrak bergelora ... dan penonton poen gembira lantaran oendjoek seni teater-tari itoe djeboelnja beloem paripoerna ... tepoek tangan membahana disela-sela tawa orang-orang semoeanja ;-).
Menoeroet Ardhi Goenawan, salah satoe soetradalang jang laen, ritoeal mengelilingi Water Toren setjara berlawanan-arah djaroem djam itoe memperlambangken mangsoed soepaja kita semoea selaloe ingat (“eling”) dan menghargai sitoes tjagar-boedaja warisan generasi djaman doeloe. Sitoes-sitoes tjagar-boedaja haroes kita djaga dan rawat dengen baek dan bener, djangan diterlantarken, diroesak, atawa malah dimoesnahken.
Implikasi nasihat itoe ijalah kita moesti bikin konservasi sitoes-sitoes tjagar-boedaja tanpa membeda-bedaken menoeroet sekat-sekat politiek. Tjontonja, bener bahwa Water Toren itoe warisan orang Belanda (pendjadjah) djaman doeloe. Tetapi soal pendjadjahan itoe kan soal politiek, sedangkan soal sitoes tjagar-boedaja itoe soal peradaban oemat manoesia.
Pendjadjahan soedah tamat, Belanda soedah hengkang dari boemi Indonesia, tetapi boekan berarti kita boleh sewenang-wenang menghantjoerken bangoenan-bangoenan bikinan orang Belanda djaman doeloe. Tjandi-tjandi moesti kita djaga dan rawat baek-baek, kendati pemerintahan keradjaan-keradjaan koeno soedah tiada lagi.
Dalem hal ini kita tiada boleh bergerak searah djaroem djam jang memperlambangken “ikoet aroes” hedonisme dan neo-liberalisme-ekonomi jang tjoema kasih hormat pada hal-hal jang dianggep nikmat model masa kini dan mengoentoengken dari aspek ekonomi setjara instan sahadja. Manoesia dan masjarakat jang beradab adalah manoesia dan masjarakat jang memposisiken peradaban di tempat jang djaoeh lebih terhormat ketimbang sekedar kepentingan-kepentingan ekonomi-hedonistiek sesaat.
Ritoeal-boedaja “keliling Water Toren melawan arah djaroem djam” meroepaken babak tak terpisahken dari keseloeroehan oendjoek seni teater-tari Reboetan Koewasa Pakoening Tanah Djawa jang digelar 60 menit moelai poekoel 15.00 sampai 16.00 WIB tadi. Ini memperlambangken bahwasanja kaoem seniman jang tergaboeng dalem teater-tari terseboet djoega meroepaken oensoer masjarakat jang siap berperan dalem segala oepaja pelestarian sitoes-sitoes dan benda-benda tjagar-boedaja, baek oepaja jang diprogramken oleh pemerintah atawa poen oepaja jang dilaksanaken oleh lembaga-lembaga non-pemerintahan :-).
Teater-tari Reboetan Koewasa Pakoening Tanah Djawa, 25 April 2010 di Aloon-aloon Kota Magelang itoe meroepaken karja kolaborasi dari beberapa perkoempoelan seniman dan personel-personel sebagai berikoet: Teater Lagrangan (Andri Topo, Da'ok, Sigit, Panji Tukul, Winto Teyeng, Yadek Ula, Wawan Gonteng); Padepokan Goenoeng Tengis (Ki Ardhi Goenawan); Sanggar Tapak Keling (Eka Pradaning); Kloneng Studio (Aning Purwa Ranti); Sanggar Wonoseni (Ipang cs.); Iwan Merbabu; dan Sanggar Omah Toempoek sebagai penjadji moeziek-pengiring.
Sebeloem laporan pandangan mata ini tantjep kajon, perloe dipersaksiken bahwasanja apresiasi penonton nampaklah begitoe menggembiraken. Tiada satoepoen penonton jang berandjak pergi meninggalken lokasi, meski moezik epilog poen sudah tiada berboenji lagi. Penonton baroe tersedar oentoek boebar setelah dioemoemken oleh pembawa atjara bahwasanja oendjoek teater-tari ini soedah bener-bener paripoerna. Dalem gaja-kalimat masa-kini, lajak dikataken bahwasanja teater-tari Reboetan Koewasa Pakoening Tanah Djawa itoe memang soenggoeh Rrrrruuuaaarrrr-Biasssaaa ... !!! :-)

Salam Boedaja,

jang mengarang laporan :
atas nama Pagoejoeban KOTA TOEA Magelang,
Mbilung Sarawita
alias Condro Bawono
alias Toekang Potrek Pak Ndong
sekaligoes sebagai jang mengoenggah ke internet ;-)

* Kepada seloeroeh sobat jang telah berkolaborasi dalam teater-tari terseboet, djika ada kesalahan ketik nama atawa kekoerangan seboet nama personil atawa apapoen dalem laporan ini, mohon soedilah kiranja pandjenengan memberiken koreksi di kolom komentar ;-)

* Teater-tari terseboet meroepaken salah-satoe soeb-atjara dari event “Magelang Tempo Doeloe 2010”, bersama soeb-soeb atjara jang lain ija itoe pameran sepeda koeno, pameran boekoe koeno, pameran keris koeno, pameran sepeda-motor koeno, pameran foto koeno & baroe, dan misih banjak lagi, jang semoeanja dilaksanaken pada hari dan tanggal jang sama, oleh berbagai komoenitas ASELI warga Kota Magelang bekerdjasama dengen DISPORABUDPAR / Pemkot Magelang, jang kesemoeanja dikoordinir oleh Bagus Prijana, aktivis jang lebih beken dengen panggilan “Agung Dragon VOC”, jang sekaligoes mendjadi inisiator digoenakannja edjaan lama dalam toelisan-toelisan sepoetar event terseboet. Bravo Bung !, Anda telah berboeat SANGAT BAEK oentoek moelti-komoenitas di Kota Magelang :-)

* Banjak terima kasih poela pada Muchamad “Jasper” Aqib “Poetjang” dan Hasan “Citramedia” Udin “Gintung” jang telah soedi mendoekoeng Pagoejoeban KOTA TOEA Magelang dengan mendjadi relawan foto-lipoetan seloeroeh soeb-atjara pada event seni-boedaja “Magelang Tempo Doeloe 2010” ini :-), serta Sanggar Shinta Ayu (jang ini sengadja ditoelis dengen edjaan baroe “Ayu” boekan “Ajoe”) jang telah menjoembangken perangkat dan personel sound-system setjara tjoema-tjoema demi meriahnja event “Magelang Tempo Doeloe 2010”. (bolinks@2010).

7 komentar:

  1. Gregorius Sukadi:
    Wouw, sayang saya tidak bisa datang. Bagus sekali! Profisiat Magelang yang punya Mbilung dan banyak seniman lain.Kesempatan lain diundang lagi, ya!

    BalasHapus
  2. Myasa Poetika:
    Selamt dan sukses. Tulisan bagus ttg acara bagus. Mas mBilung ini layak lho jd jurnalis yg mumpuni. Nulis trus mas, catet semua ttg Mgl. Kpn2 bikin sendratari ttg 'air bagi manusia', krn berkaitan dgn watertorn. Pasti menarik.

    BalasHapus
  3. Ekunto Nugroho:
    Klo "Kramat" & "tahu pojok" dah brapa taoen tu mas mBiloeng??

    BalasHapus
  4. mBilung Sarawita:
    @PakKadi: Tamtoe sadja laen wektoe kami atoeri lagi Pak ;-)
    @MP: Matoer noewoen ... ehm ... noelis djoernalistiek kalaoe dalem arti oentoek media tjetak saia koerang soeka kerana dibatesi kapasitas kolomnja dan djoemlah karakternja ... nek di internet jang seperti FB ini saia amat soeka kerana bisa noelis ... Lihat Selengkapnyapandjaaaaaaang dan tiada perloe ada kalimat-kalimat jang disetip/diedit oleh redaktuur ... ;-)
    @EN: beloem pernah tanja djeee ;-) & :-(

    BalasHapus
  5. Bramantyo Prijosusilo:
    Yo leh padha gawe acara lan dilaporke kuwi, aku maturnuwun, seneng.

    BalasHapus
  6. Andri Topo:
    ayo...bikin lagi yang lebih dahsyat...saya masih bersemangat lho... semua masih pada ndukung to...?

    BalasHapus
  7. mBiloeng Sarawita:
    @AT: Tamtoe saia misih mendoekoeng Toewan poenja kreativiteit ... Bikin jang lebih heibat lagi tahoen depan, tamtoe moesti diperlatihken itoe anak-anak moelai djaoeh hari sakbelonnja ;-)

    BalasHapus
 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich