SOLO MENARI 24 JAM.
(CATATAN REDAKSI: Artikel ini kami muat sekedar untuk mengingatkan bagaimana sebuah kota berusaha memajukan senibudaya dan pariwisatanya. Kota Solo, Jawa Tengah, telah membuktikan bahwa peningkatan jumlah wisatawan, yang berarti peningkatan ekonomi masyarakat, bisa dilakukan lewat berbagai acara senibudaya. Kota/Kab. Magelang bisa mengikuti langkah Kota Solo yang cerdas dan bermartabat ini).
Borobudurlinks, 30 April 2010. Pemerintah Kota Surakarta menggelar pentas Solo Menari 24 Jam untuk memperingati Hari Tari Sedunia setiap 29 April. Kegiatan yang berakhir pagi ini itu diikuti sekitar 2.000 penari yang datang dari Yogyakarta, Bali, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Bahkan ada beberapa mahasiswa asing yang sedang belajar di Surakarta.
"Mereka penari profesional, mahasiswa, pelajar, dan karyawan atau pegawai pemerintahan," kata Ketua Panitia, Wahyu Diarto.
Kegiatan Solo Menari 24 Jam menggunakan lima panggung, dimulai dari kanopi Solo Square hingga kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Dan setiap perpindahan panggung disertai pawai. "Ada empat penari yang menari selama 24 jam nonstop," kata Wahyu. Mereka adalah Muslimin Bagus Pranowo, Luluk Ari, Havod Ponx, dan Darlein Litay.
Untuk menyelenggarakan perhelatan itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta menganggarkan dana sebesar Rp 75 juta untuk penyelenggaraan Solo Menari 24 Jam. Meski dengan dana minim, pergelaran itu berlangsung meriah dan menarik minat ribuan orang.
"Partisipasi para seniman yang turut menyukseskan kegiatan ini sangat kami hargai," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Purnomo Subagyo. Menurut dia, partisipasi para seniman itu membuat penyelenggaraan kegiatan ini tidak memakan biaya besar.
Meski biayanya tidak terlampau banyak, Purnomo melanjutkan, kegiatan tersebut mampu menarik wisatawan agar mengunjungi Surakarta. "Apalagi kegiatan itu kami selenggarakan rutin setiap 29 April," kata Purnomo. Kegiatan itu juga sudah masuk dalam kalender budaya Kota Surakarta 2010.
Sejauh ini, Purnomo menegaskan, promosi kalender budaya Kota Surakarta telah disebar hingga luar negeri. "Kebetulan beberapa waktu lalu Solo Batik Carnival diundang ke beberapa negara," kata dia. Dalam kesempatan itu pula, dinas kebudayaan dan pariwisata memanfaatkannya sebagai ajang berpromosi agenda budaya 2010, termasuk kegiatan Solo Menari 24 Jam.
Solo Menari 24 Jam dilaksanakan di sepanjang city walk, Jalan Slamet Riyadi, serta kampus Institut Seni Indonesia Surakarta. Karena itu pula, pembiayaannya ditanggung oleh dua pihak, yakni pemerintah kota dan kampus. Untuk pentas di kampus, biayanya ditanggung ISI Surakarta.
"Kami tidak mengeluarkan banyak biaya," kata Wahyu tanpa menyebutkan angka pastinya. Sebab, kebanyakan penari dari luar kota datang dengan biaya sendiri. Panitia hanya menyiapkan akomodasi penginapan di kampus.
Sementara itu, Wali Kota Surakarta Joko Widodo berharap kegiatan ini bisa mengukuhkan Surakarta sebagai kota tujuan pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran. "Tahun ini ada beberapa kegiatan berskala internasional diselenggarakan di Surakarta," kata dia. Selain mendatangkan wisatawan, kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan perekonomian kota. (AHMAD RAFIQ/Koran TEMPO/bolinks@2010)
Anda bisa posting-ulang artikel ini atau dengan mencantumkan link ini:
http://borobudurlinks.blogspot.com/2010/04/solo-menari-24-jam.html
http://borobudurlinks.blogspot.com/2010/04/solo-menari-24-jam.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pelukis Hardi:
BalasHapusluar biasa .SWADIRI.
Atin sastro:
BalasHapussayang ya mas kok cuma 75 jt coba klo di Jakarta dah tustusan jt hehehe kasihan
tapi salut itu kota aku
Tetet Srie WD:
BalasHapusFoto2nya bagus; Penari laki2 nyaris sempurna, Penari Puteri sangat sensasional. Salam.
Mualim M Sukethi:
BalasHapus@Mas Hardi. Seniman di daerah, selain hrs konsen nggarap karya juga hrs repot nggolek biaya. Semangat !
@Atin. makanya berkarya di solo, golek duit di Jkt.
@Tetet. Foto2ne copy dari google...he he