LANGGENG GALLERYS.

Borobudur Links | Oktober 25, 2009 | 23.31 wib | Label: networking


Deddy Irianto:Untuk Senirupa Kontemporer Sayalah Rajanya.

Oleh: Mualim M Sukethi.

Borobudurlinks, 25/10-09.
Suatu hari, tepatnya tanggal 11 Maret 2002, warga Magelang digemparkan oleh kedatangan beberapa tokoh nasional. Gempar, karena tak biasanya kota kecil yang relative adem ayem itu didatangi sekian banyak seniman dan budayawan, antara lain: Rendra, Sardono W Kusumo, Darmanto Jatman, Garin Nugroho, Sujiwo Tejo, Afrizal Malna, Emha Ainun Najib, Harry Rusli, Sindhunata, Andy Siswanto, dll. Mereka berdatangan untuk berdiskusi dengan tema ‘Intercosmolimagination’, yang diadakan dalam rangka pembukaan sebuah galeri seni yang bernama Galeri Langgeng.
Saat itu juga untuk pertama kalinya dipentaskan orchestra Trunthung, gubahan komponis Sutanto Mendhut, berdasarkan music tradisi pengiring tarian Soreng, yang dimainkan oleh Komunitas Lima Gunung. Dalam sejarah galeri di Indonesia, pembukaan Galeri Langgeng tergolong yang paling gegap gempita.

Posisi ‘gegap gempita’ inilah yang kemudian menjadi semacam trade-mark galeri yang didirikan oleh Deddy Irianto (47 tahun), popular disebut Deddy Langgeng, seorang pemain saham sekaligus pedagang besar tembakau. Beberapa pameran yang kemudian diadakan mengusung berbagai tema yang cukup kontroversial, misal ‘Sorak-sorai Identitas’, ‘Borobudur Agitatif’, dll.
“Strategi itu memang sengaja kami lakukan. Untuk mengangkat nama galeri ini, sekaligus membuka pendekatan baru dalam bisnis senirupa, “ kata Deddy menjelaskan strategi galerinya. Sebab kalau tidak demikian, menurut Deddy, akan tenggelam oleh banyaknya galeri lain di Jogya yang lebih mapan dan cukup kreatif memasarkan pamerannya. Untuk kepentingan itu, Deddy menggandeng Sutanto Mendhut menjadi semacam creative-director-nya. Dari seniman terkemuka itu lahir berbagai pemikiran controversial yang menjadi tema pameran.
Sejak itu, galeri yang berlokasi di jalan Cempaka No.8B, kota Magelang, menjadi salah satu ikon budaya kota yang selama ini dikenal sebagai kota tentara itu. Galeri yang berhadapan langsung dengan taman wisata ‘Kyai Langgeng’ ini berdiri di atas ketinggian, menyatu dengan rumah pemiliknya.
Selain galeri yang mampu menampung sekitar 75 karya senirupa kontemporer (berukuran besar), juga terbentang halaman rumput dengan beberapa pohon peneduh yang rindang. Halaman rumput ini digunakan untuk memajang karya patung atau instalasi, selain untuk berbagai seni pertunjukkan yang sering mengiringi pameran senirupa.
Selain meramaikan galerinya dengan kehadiran seniman dan budayawan multidimensi, Galeri Langgeng juga dianggap cukup berani menampilkan perupa-perupa muda yang berbakat. Bahkan, kalau art-dealers di Magelang lainnya dianggap ‘Jogyasentris’, karena lebih banyak mengkoleksi karya perupa Jogya, Galeri Langgeng berani menengok dan memamerkan perupa dari kutub lain: Bandung dan Bali.
Beberapa seniman yang terangkat lewat Galeri Langgeng, antara lain: Agus Suwage, Bob Sick, S Teddy, Ugo Untoro, Arahmaiani, Tisna Sanjaya, dll. Bahkan perupa senior, aktivis ‘Senirupa Baru’, FX.Harsono, seakan-akan menemukan kembali gairah produktifnya bersama Galeri Langgeng. Beberapa tahun terakhir ini, Harsono banyak melakukan pameran disponsori Galeri Langgeng. “Dari segi jumlah, koleksi dokter Hong Djien tak tertandingi, tapi kalau senirupa kontemporer sayalah rajanya, “ kata Deddy menunjukkan kiprahnya mengangkat perupa-perupa muda.

Langkah lain yang cukup spektakular adalah keberanian Deddy memasuki bisnis senirupa internasional.
Dalam hal ini galeri Langgeng bisa dianggap pioneer. “Langkah ini harus saya lakukan, karena kalau hanya mengandalkan pasar local, bisnis galeri tidak menguntungkan. Harganya terlalu murah, “ urai Deddy, yang menghabiskan separo usianya di luar negeri dalam bisnis capital internasional.
Terobosan yang dilakukan Deddy ini mampu mengangkat harga senirupa Indonesia sejajar dengan karya perupa lain di Asia Tenggara. “Saya ikut merintis masuknya senirupa Indonesia di bisnis pasar internasional. Waktu itu saya berhasil menjual karya Agus Suwage, di suatu lelang di Singapura, seharga 200 juta rupiah, padahal karya itu saya beli seharga 20 juta rupiah, “ kata Deddy menceritakan awalnya menerobos pasar internasional.
Sejak itu kiprah pemilik Galeri Langgeng di medan internasional tak terbendung. Ia aktif mengikuti lelang atau art-fair di berbagai Negara. Singapura, Hongkong, Shanghai, Beijing, Tokyo, hingga Abu Dhabi di Timur Tengah, menjadi medan jualannya. Langkah ‘goes international’ ini kemudian diikuti, tak hanya oleh art-dealers dari Magelang, tapi oleh hampir semua pebisnis senirupa Indonesia.
Deddy juga berekspansi dengan mendirikan galeri di Jakarta, Langgeng Icon Gallery, di kawasan Kemang dan Grand Indonesia. Tahun depan galerinya di Jogyakarta akan dibuka. Ia juga aktif memanfaatkan ‘ruang publik’ yang bergengsi seperti mall, hotel, galeri nasional menjadi arena pameran.
Setelah hampir satu dasawarsa berkiprah di dunia senirupa, apakah bisnis ini sudah menguntunhgkan ? “Sekarang sudah self-funding. Galeri sudah bisa membiayai sendiri kegiatan-kegiatannya. Bahkan bisa dikatakan ini menjadi bisnis utama saya, “ tegas Deddy, yang keluarganya selama ini dikenal sebagai pemasok tembakau untuk perusahaan rokok terkemuka.
Pertumbuhan Galeri Langgeng juga merangsang art-dealers di Magelang ikut mendirikan galeri. Setidaknya, kini, ada dua galeri selain Langgeng, yakni Syang Art-Space dan Golden Gallerys. Ketiga galeri ini melengkapi dua museum yang sudah didirikan Hong Djien. “Saya juga mendorong teman-teman untuk mendirikan galeri. Di Magelang itu mestinya ada 5-6 galeri. Jadi kehidupan seni di kota ini semakin rame, “ harap Deddy lebih lanjut.
Dengan begitu banyak galeri, siapa saja yang diharapkan mengunjungi galeri-galeri itu ? “Ouw banyak. Sekarang saja banyak turis Amanjiwo yang ke sini. Belum lagi yang dari Jakarta, Surabaya, Bandung dll, “ papar Deddy. Dari buku tamu tertulis banyak pengunjung berasal dari luar negeri, seperti dari Singapura, Beijing, Kuala Lumpur, Australia, dll.
Pengunjung galeri itu juga tidak hanya sehari dua menginap di Magelang. Mereka bisa berhari-hari untuk menikmati dan kemudian melakukan transaksi dan memborong karya senirupa. Kalau sudah demikian tentu akan menguntungkan bagi perkembangan pariwisata Magelang. Semoga ! (bolinks@2009).

LANGGENG GALLERY
JL. Cempaka No. 8B, Magelang 56123,
Jawa Tengah, Indonesia.
Ph. 0293-313338 Fx. 0293-313468.
info@langgeng.net
www.langgeng.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich