KERAMAHAN WARGA MANTRAN YANG MENGESANKAN.
Dari kejauhan terlihat arak – arakan orang berdatangan, menuju Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Hari Minggu (26/07), di dusun yang berada disebelah timur Gunung Andong, dilangsungkan perhelatan Festival Lima Gunung (F5G) ke 8, dengan tema “Cokro Manggilingan Jiwa”.
Festival Lima Gunung yang diadakan setiap tahun adalah sebuah festival seni yang menampilkan belasan kelompok kesenian yang berasal dari Kabupaten Magelang, khususnya yang berasal dari sekitar lima gunung yang mengelilingi tlatah Magelang (Sumbing, Merbabu, Merapi, Menoreh, Andong).
Ada sekitar 6000 pasang mata menyaksikan perhelatan ini, baik itu pengunjung dari daerah sekitar Dusun Mantran, mau pun dari daerah lain di sekitar Kabupaten Magelang. Banyak juga tamu yang berdatangan dari luar kota misal Temanggung, Solo, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta.
Warga asing juga banyak yang menyaksikan festival ini. Diantaranya Narumol Chamanarapuksa (45th), atau yang akrab dipanggil Kop. Seniwati teater dari Thailand ini bahkan datang dan menginap di rumah warga Mantran sehari sebelum pertunjukan. Seniwati yang rajin mencatat apa saja yang dilihatnya, sangat terkesan dengan keramahan dan keterbukaan warga Dusun Mantran.
Sajian acara F5G dikemas menarik, sehingga penonton yang menyaksikan pertunjukan terlihat puas. Hal ini juga dirasakan Yap, wisatawan yang sengaja datang dari Belanda untuk menyaksikan acara ini. “Its great, “ katanya. "Sajian budaya dan keramahan warganya sungguh mengesankanku,” tutur Yap yang datang bersama pelukis Deddy PAW.
Hal senada juga diungkapkan Ririn, Humas Salah satu sanggar kesenian di Magelang ,”F5G adalah acara yang harus dilestarikan, karena banyak pertunjukan kesenian asli bangsa kita banyak ditampilkan. Selain itu pameran foto juga menjadi penyegar dalam F5G kali ini,” terangnya.
Selain pertunjukan yang dikemas secara apik, keramahan warga Matran Wetan juga menjadi daya yatik tersendiri. ”Keramahan warga memberi kenyamanan tersendiri, ini menjadi nilai tambah dari F5G,” ujar Nurwadi, pengunjung dari Semarang.
Selain tempat dan dekorasi, jaminan keamanan dan kenyaman pun diberikan secara cuma- Cuma selama pertunjukan berlangsung. Warga disekitar lokasi pertunjukan menyediakan rumahnya untuh berteduh dan melepas lelah para tamu atau pengunjung. Mereka pun menyediakan hidangan mulai dari trasan (minuman dari daun teh yang penyajiannya dengan gula jawa), kopi, makanan kecil maupun makan lengkap dengan lauk pauknya. Semuanya gartis...tis.
Kesan yang dramatis diungkapkan seorang pengunjung yang tak mau disebutkan namanya. "Saya nginap 2 malam, karena selain acara pokoknya, saya memang harus meliput denyut kehidupan masyarakat dusun ini. Selama itu saya dilayani 2 x 24 jam. Luar biasa," kata wartawan sebuah media itu.
Gotong royong dan keramahan warga menjadi daya terik tersendiri dari pengunjung, khususnya yang datang dari kota – kota besar. Suasana di Mantran seolah menjadi sebuah oase di tengah kehidupan masyarakat kota yang semakin asyik dengan sikap individualisme dalam kesehariannya. Selain tontonan menarik, para pengunjung memperoleh suguhan lain, yaitu keramahan dan sikap saling menghormati yang sudah jarang di temui di masyarakat kota. ( PeKa. H. Martani – Borobudurlinks).
Anda bisa posting-ulang artikel ini atau dengan mencantumkan link ini:
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/08/kemeriahan-festival-lima-gunung-cokro.html
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/08/kemeriahan-festival-lima-gunung-cokro.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar