Di Balik Festival Lima Gunung ::3-Tamat
Borobudur Links |
Juli 31, 2009 |
14.12 wib |
Label:
art and culture,
Event and News,
festival lima gunung,
Tourism
Follow @tamanmerah
Usaha Kreatif ada di Depan Mata
oleh Ahmad Polo
Ruh berkesenian membelenggu para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung. Kemudian dalam hati mereka ada ungkapan getar gerak dan emosi dalam menari. Tarian grasak, truntung, jatilan, warok bocah, rodad dan soreng, dibawakan dengan penuh penjiwaan.
Mengapa demikian padahal tak dibayar? Mungkin karena ruh itu menjadikannya, tulus dan ikhlas menghibur masyarakat. Setidaknya itulah keistimewaan para seniman gunung yang selalu mengedepankan persaudaraan dari pada imbalan materi.
Panitia Lokal Festival Lima Gunung, Supadi, mengatakan segala beban berat yang panitia terasa lebih enteng ketika dipikul bersama-sama. Itulah cara seniman gunung yang masih memiliki kebersamaan dalam berbagai persoalan.
Menurutnya, minimnya dana seperti menjadi pengingat perjalan festival tahun ini sehingga tercetus tema ‘’Cokro Manggilingan Jiwo’’ bagaikan perputaran roda dalam jiwa komunitas.
‘’Festival sebuah seni dan kehidupan bukan manusianya yang hidup dalam seni. Tapi seninya masuk ke kehidupan kita sendiri, meski minim dana tetap berlanjut,’’katanya.
Menurutnya, sebagai tuan rumah tak bisa mempersembahkan apa-apa kecuali ketulusan melayani. Gemerlap dan semaraknya acara pesta rakyat itu mejadai ukuran kesuksesan acara tersebut.
‘’Ojo ngasi minder meski ra ono duwit (jangan pernah minden meski tak punya uang),’’katanya.
Dalam evaluasi penyelenggaraan tahun ini, setidaknya menunjukkan ada semangat baru dalam mengusung kegiatan tahunan ini. Semangat itu antara lain, para generasi mulai bergerak ke arah pengelolaan kegiatan independent dan secara profesional.
Menurut cerita Mualim M Sukheti yang mengikuti rapat evaluasi, akan ada program donasi secara independen dalam pencarian dana untuk kegiatan festival lima gunung. Program tersebut akan menggerakkan potensi ekonomi lokal, misalnya saja bekerjasama dengan pengrajin setempat untuk membuat souvenir kegiatan dan berbagai cinderamata.
Dikatakannya, banyak keuntungan yang bisa diperoleh. Menggeliatkan usaha warga desa setempat. Selain itu juga lebih mengajarkan kemandirian dalam kegiatan.
Lebih dari itu, menurutnya, nanti akan ditangani secara profesional soal live in di lokasi festival, bekerjasama dengan agen perjalanan wisata. Menurutnya, ini bagian dari proses perjalanan seniman Lima Gunung agar lebih berdaya diantara independen yang selama ini diyakininya.
Anda bisa posting-ulang artikel ini atau dengan mencantumkan link ini:
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/07/di-balik-festival-lima-gunung-3-tamat.html
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/07/di-balik-festival-lima-gunung-3-tamat.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar