Riyadi: “SEMANGAT MENGATASI KENDALA DANA…”.

Borobudur Links | Juli 25, 2009 | 11.08 wib | Label: creative people


Sekitar dua minggu lalu, sebuah media menulis ‘Festival 5 Gunung Kesulitan Dana’. Untuk pelaksanaan acara itu dana yang diharapkan sebesar 80-an juta rupiah, ternyata baru terkumpul 3 juta rupiah. Berita itu cukup mengejutkan, khususnya bagi pemerhati dan masyarakat yang selama ini menganggap festival itu cukup ekisis, sebagai hajatan budaya masyarakat gunung di sekitar Magelang. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang persiapan hajatan itu ada baiknya kita mewawancarai Riyadi, Ketua Umum ‘Festival 5 Gunung 2009’ (F5G). Wawancara dilakukan di bawah pohon beringin, alun-alun Magelang, sehabis pak ketua mencairkan dana dari sebuah bank swasta.

Mualim M Sukethi (MMS): “Sudah berapa lama Pak Riyadi terlibat dalam hajatan F5G ini ?”.
Riyadi (R): “Dusun saya, Gejayan, ikut berpartisipasi sejak F5G yang ke tiga, jadi sudah 5 tahun ini. Sedangkan sebagai Ketua Umum saya sudah 2 kali ini, tahun 2008 dan 2009. Sebelumnya jadi ketua pelaksana juga 2 kali “.
MMS: “Kok bisa jadi ketua terus ?”.
R: “Saya dipilih secara aklamasi oleh semua yang terlibat F5G. Waktu itu semua kan berkumpul. Ada Pak Tanto, sebagai penggagas F5G. Ada Mas Sitras dan Mas Bambang dari Tutup Ngisor, dan ketua-ketua grup lainnya. Mereka sepakat memilih saya sebagai ketua umum untuk 2 tahun ini”.
MMS: “Apa yang menjadi motivasi sehingga mau ngurusi F5G ini ?”.
R: “Suatu kebanggaan bagi saya bisa menjadi ketua, ikut ngurusi hajatan kesenian ini. Padahal saya kan ndak bisa nari atau nyanyi, ndak punya latar belakang kesenian…..sekarang harus ngurusi seniman-seniman…ha ha”.
MMS: “Apa arti penting F5G bagi masyarakat gunung di sekitar Magelang ini ?”.
R: “F5G memberi tempat bereksprresi dan berapresiasi bagi masyarakat gunung di sekitar Magelang. Dulu kan nggak ada perhatian terhadap kesenian rakyat ini. Dengan festival ini masyarakat bias saling belajar, berbagi pengalaman dengan sesame seniman. Jadi media silaturahmi lah….”.
MMS: “Apa yang dimaksud perhatian…perhatian dari siapa”.
R: “Dari pemerintah lah. Selama ini kita bisa bikin berbagai kegiatan, bisa ke mana-mana, kan bukan karena pemerintah. Pemerintah nggak pernah membantu. Boleh dikatakan kita selama ini berdikari. Ada bantuan sih…dari kalangan swasta. Dulu dari Hotel Amanjiwa sepenuhnya. Kini Amanjiwa membantu sebagian. Kini dari swasta lain juga terlibat. Dari RSJ (Rumah Sakit Jiwa), dan dari pihak-pihak lain yang bersimpati. Tapi itu semua tidak mengikat . Alhamdulillah kini sdh terkumpul lebih 15 juta”.
MMS: “Kalau dibandingkan kebutuhan dana yang sampai 80an juta kan masih kurang jauh. Apa hal ini tidak akan mengurangi kemeriahaNnya ?”.
R: “Tentu ada beberapa penyesuaian. Tapi yang pasti, ada atau tidak ada dana festival ini tetap harus jalan. Semangat itu yang tertanam dalam jiwa setiap peserta. Karena F5G bukan lagi sekedar pentas, tapi sudah menjadi kebutuhan. Dari F5G inilah seniman desa mendapat pengalaman, mendapat keindahan, dan memperoleh kegembiraan hidup”.
MMS: “Apa yang dimaksud penyesuaian ?”.
R: “Tadinya kan kita menganggarkan dana hingga 80an juta. Itu kan mengandaikan semua kebutuhan harus didanai panitia. Karena dana yang terkumpul tidak memenuhi…ya kita bikin penyesuaian. Misalnya, untuk membangun tempat-tempat pertunjukkan kan butuh tenaga. Tadinya tenaga itu dianggarkan untuk dibayar. Karena danya tidak ada ya gratisan. Konsumsi atau transportasi peserta tadinya kan juga dianggarkan, tapi sekarang ya ditanggung sendiri-sendiri”.
MMS: “Apa arti kemandirian bagi kelangsungan F5G, dan apakah semangat mandiri itu dipahami oleh peserta festival ?”.
R: “Hampir semua peserta memahami masalah kemandirian ini. Mereka memiliki semangat, dan semangat itu menjadi modal (social). Kemandirian ini juga yang akan memperpanjang nafas hajatan budaya ini “.
MMS: “Beberapa pihak mengusulkan untuk membentuk lembaga resmi yang berfungsi memayungi F5G atau komunitas 5 gunung, mungkin semacam yayasan gitu. Dengan harapan lembaga ini akan mengusahakan upaya penggalangan dana secara lebih terencana atau menerapkan manajemen modern. Apakah anda setuju ?”.
R: “kami setuju dan berterimaksih kalau ada pihak-pihak yang mau membantu dengan cara semacam itu. Tapi selama ini, sejarah atau tradisi masyarakat desa itu bias menggalang dana atau dukungan tanpa harus ada proposal. Beberapa hajatan budaya yang sudah menjadi tradisi puluhan atau ratusan tahun bias berlangsung tanpa ada lembaga-lembaga resmi itu. Misalnya, Nyadran Kali di Warangan, Sungkem Tlumpak di Gejayan, Saparan di Andong, dan Suran di Tutup Ngisor “.
MMS: “Dalam hal penentuan lokasi, bagaimana mekanisme penentuannya ?”.
R: “Waktu F5G I-IV lokasi ditentukan berdasarkan kesepakatan dengan pihak Amanjiwa, karena mereka yang berkepentingan dan mendanai. Kini kita menentukan sendiri. Ya giliranlah… Kalau kini di Andong, tahun depan di Menoreh atau Borobudur yang belum dapat giliran “.
MMS: “Apakah tidak mungkin diadakan di pusat kota Kodya atau Kabupaten Magelang ?”.
R: “Mungkin saja. Tapi semua itu tergantung dananya. Kalau di desa-desa kan masyarakatnya mau nyediakan tempat, mbangun panggung, bahkan nyediakan konsumsi secara gratis. Artinya mereka memberikan subsidi untuk hal itu. Apakah masyarakat kota mau mendukung seperti itu ?”.
MMS: “Sehari-hari Anda kan menjabat sebagai Kepala Desa, apakah kegiatan ini tidak mengganggu aktivitas Anda ?”.
R: “Saya tidak merasa terganggu. Semua itu tergantung krenthegnya. Saya merasa senang mengurusi kesenian. Jadi semua itu bisa diatur “.
MMS: “Rakyat atau atasan Anda apakah mendukung aktivitas Anda ini ?”.
R: “Selama ini mereka mendukung. Mereka sudah mendapatkan manfaatnya. Dusun Gejayan jadi terkenal karena aktivitas kesenian ini “.


CATATAN:
Nama : RIYADI.
Umur : 34 tahun.
Jabatan : Kepala Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
Keluarga : 1 istri dengan 2 anak.

Alun-alun Magelang, 24 Juli 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich