Menghidupkan Tradisi Pernikahan Tiongkok Dalam Budaya Tionghoa

Borobudur Links | Juli 13, 2009 | 23.00 wib | Label: art and culture, Event and News, Tourism


Oleh Djaka Soerasa

Tradisi pernikahan bangsawan Tiongkok yang sudah lama dilupakan, seolah menjelma kembali dalam pernikahan Tanto Isma Sakti, 28 dengan Bela Angraini, 24 yang dihelat di Klenteng Liong Hok Bio, Kota Magelang. Pernikahan putra dari pasangan Tan Hwa Kwie-Ong Sioe Kwan, warga Kota Magelang dengan putri pasangan Tan Sian Han-Lim Ay Lien, warga Klaten itu sekaligus menghidupkan kembali prosesi pernikahan tradisional bangsawan Tiongkok yang sudah berumur ratusan tahun itu.

Kedua mempelai mengenakan pakaian adat perkawinan khas bangsawan Tiongkok dengan dominasi warna merah. Perpaduan warna yang cukup serasi. Sang mempelai pria terlihat gagah seperti bangsawan menunggang kuda. Pengantin perempuan juga terlihat sangat cantik duduk di atas tandu yang tertutup kain berwarna merah.

Prosesi diawali dengan kirab sepanjang sekitar 400 meter, dari kawasan utara alun-alun Kota Magelang menuju Kelenteng Liong Hok Bio, di kawasan ujung utara pusat pertokoan Pecinan. Terlihat turut dalam kirab itu puluhan orang bercaping dan mengenakan pakaian adat Tiongkok membawa umbul-umbul serta sekelompok penari barongsai, liong dan samsi berada di baris terdepan. Mereka menari mengkuti tetabuhan alat musik tradisional Tua Kuok Tui berupa tambur, terompet dan simbal.

Puluhan warga keturunan Tionghoa di kota itu maupun anggota keluarga dari kedua mempelai turut dalam kirab itu. Prosesi pernikahan yang terkesan unik itu juga menjadi tontonan warga setempat.

Tradisi pernikahan seperti ini biasa dilakukan oleh bangsawan Tiongkok yang sudah berumur ratusan tahun silam. Tradisi yang hampir dilupakan oleh warga keturunan Tionghoa itu berasal dari kawasan Hok Kian. Kini, hanya kalangan tertentu yang masih menggunakan prosesi pernikahan ala bangsawan Tiongkok itu.

Tradisi pernikahan yang tergolong unik ini memang baru kali pertama diselenggarakan di Magelang. Tak heran, kalau banyak yang penasaran ingin melihat prosesi pernikahan itu. Terutama dari kalangan keturunan Tionghoa yang tinggal di Magelang.

Pemberkatan perkawinan terhadap kedua mempelai dipimpin oleh Rohaniwan Tri Dharma, Lei Wei Lien, di altar utama yang didirikan di teras kelenteng. Kedua mempelai terlihat bersujud memanjatkan doa untuk keselamatan. Dilanjutkan dengan meletakkan beberapa batang dupa di sebuah bejana berwarna kuning emas. Pemberkatan dan doa terhadap kedua mempelai juga dilakukan di dalam klenteng.

Ketua Yayasan Tri Dharma Magelang Paul Chandra Wesi Aji menuturkan warga Tionghoa jarang yang masih menggunakan tradisi seperti itu saat menikahkan putra-putrinya. Alasannya, tak lepas dari biaya yang relatif besar. “Makanya, ketika ada rencana pernikahan dengan tradisi bangsawan Tiongkok langsung kami dukung. Selain mengingatkan kembali kepada warga Tionghoa, juga menjadi salah satu aset budaya yang bernilai tinggi bila dikemas secara menarik,” terang dia. (***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich