Dunia Harapan Di mata Anak Korban Gempa
Oleh Djaka Soerasa
Mami Kato, wanita kelahiran Kota Chiba, Jepang, 13 Agustus 1958 silam berhasil membangkitkan semangat membatik di kalangan anak-anak korban gempa di Desa Giriloyo, Imogiri, Bantul, Jogjakarta. Kesadaran akibat trauma gempa mulai pulih. Kini mereka telah memiliki keahlian membatik dan karyanya akan dipamerkan di Bentara Budaya, Jogjakarta 16-18 Juli 2009.
Sedikitnya 50 karya batik akan dipajang dalamp pameran batik bertajuk Dunia Harapan yang berlangsung selama 3 hari itu. Itu merupakan hasil kreasi dari anak-anak korban gempa ditekuni sejak tahun lalu. Motif batik yang dihasilkan pun sangat beragam. Mereka diberik kebebesan untuk menuangkan ekspresi melalui karya batik dengan berbagai ukuran sesuai selera mereka. Karya yang telah berhasil dirampungkan, kemudian akan dipamerkan,” terang Mami Kato.
Isteri Sutanto Mendut itu menuturkan ini pameran tahun kedua, yang juga diikuti oleh anak-anak jalanan dan ibu-ibu pemulung dari Timoho, Jogjakarta. Sama halnya dengan anak-anak korban gempa, mereka juga memiliki keahlian membatik. Hasil karya mereka pun akan diikutkan dalam pameran Dunia Harapan. Mereka yang mengikuti pameran batik Dunia Harapan itu tergabung dalam Canting Club, Desa Giriloyo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul dan Komunitas Jalanan Ledok, Timoho, Jogjakarta.
"Karya dibuat secara bebas, terlepas dari alur batik yang konvensional dan tradisional, mereka sebelumnya tidak bisa membatik. Tapi, kini mulai bisa menghasilkan karya batik sesuai keinginan mereka,” sebutnya.
Mami yang juga penggemar batik itu menambahkan kegiatan pameran Dunia Harapan juga dimeriahkan dengan lokakarya batik, pentas kesenian oleh grup mahasiswa Jurusan Sastra Jepang, Universitas Gadjah Mada Jogjakarta "Djoh" serta kesenian tradisional petani Magelang yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung.
Semangat untuk membangkitkan perajin batik di Giriloyo berawal dari
keprihatinan Mami, saat melihat langsung para korban gempa. Awalnya,
dia datang ke Bantul, hanya untuk memberikan bantuan makanan, atau pun
bambu serta gedek untuk membuat rumah-rumah darurat. Lambat laun, dia
mulai mengenal warga setempat dan kemudian tertarik untuk membantu
mengembalikan kepercayaan para perajin batik setempat. Salah satunya,
dengan mengajari anak-anak setempat membatik.
Untuk mewujudkan keinginannya itu, ibu dari Shiki, Shako dan Shuko
itu harus bekerja ekstra keras. Secara rutin, Mami selalu meluangkan waktu untuk datang ke Giriloyo untuk mendampingi anak-anak belajar membatik. Untuk mengajari membatik, dia dibantu oleh warga setempat yang sudah ahli dalam bidang tersebut. Tak hanya tenaga, namun seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membantu sesama itu pun
berasal dari kocek pribadi. "Sebenarnya capek juga, karena dulu harus bolak-balik Magelang-Jogja sendiri, tapi senang bisa membantu mereka," ujar wanita yang kini tinggal di Mendut, Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang itu. (***)
Anda bisa posting-ulang artikel ini atau dengan mencantumkan link ini:
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/07/dunia-harapan-di-mata-anak-korban-gempa.html
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/07/dunia-harapan-di-mata-anak-korban-gempa.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar