Foto: Wawan H Prabowo/Kompas.
Borobudurlinks, 26 Oktober 2010. Sekumpulan burung elang jawa (bido) telah terbang meninggalkan kawasan hutan di Gunung Merapi. Menurut kepercayaan penduduk, hal ini merupakan pertanda alam akan meningkatnya aktivitas vulkanik di gunung berapi itu.
"Kami menandai, apa yang terlihat itu sebagai tanda kemungkinan udara di atas semakin panas sehingga bido itu turun," kata Sukisno (36), Ketua RT 02 RW 07 Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sekitar delapan kilometer dari barat puncak Gunung Merapi, di Magelang, Senin (25/10/2010) petang.
Sekumpulan bido yang berjumlah sekitar 20 ekor tersebut terlihat oleh puluhan warga desa terakhir dari puncak Gunung Merapi. Kawanan burung ini terbang dari arah tenggara ke timur laut dari puncak Merapi. Warga setempat, katanya, melihat sekumpulan burung itu terbang sekitar pukul 16.00 WIB melintasi dusun setempat yang penduduknya berjumlah 227 jiwa (66 KK).
Burung itu, katanya, selama ini tinggal di kawasan Hutan Deles yang letaknya dekat dengan Dusun Gemer."Saat Merapi akan erupsi yang terakhir pada pertengahan 2006, kami tidak melihat kejadian seperti itu," katanya.
Seorang warga setempat lainnya, Ratin (38), mengatakan, sekumpulan bido yang terbang saat Merapi berstatus "awas" itu sebagai peristiwa langka. "Biasanya kami melihat bido terbang tetapi hanya dua atau tiga ekor, kalau yang rombongan seperti tadi, kami baru melihatnya sekali ini," katanya.
Sejumlah satwa lainnya yang selama ini tinggal di hutan setempat antara lain monyet, rusa, dan macan.Ia juga mengaku, melihat saat sekumpulan burung itu terbang melintas, meninggalkan hutan setempat.
Seorang warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Yuswadi (25), juga mengaku, melihat sekumpulan burung tersebut terbang meninggalkan hutan setempat. "Langit di atas kawasan puncak Merapi terlihat bersih, tidak ada awan, terlihat jelas sekumpulan burung itu," katanya.
Masyarakat setempat, katanya, selain memperhatikan berbagai tanda peningkatan aktivitas vulkanik Merapi yang disampaikan oleh pemerintah, juga melalui sejumlah tanda alam setempat termasuk pergerakan satwa.
Pada Senin hingga sekitar pukul 17.30 WIB puncak Merapi tidak tampak secara visual karena tertutup awan tebal, sedangkan sejumlah kawasan di desa setempat sempat gerimis selama beberapa saat.
Badan Geologi Kementerian ESDM yang berkantor di Bandung telah mengumumkan bahwa pada 25 Oktober 2010 mulai pukul 06.00 WIB status Merapi naik dari "siaga" menjadi "awas". Status tersebut merupakan level tertinggi atas status aktivitas vukanik gunung berapi di perbatasan antara Jateng dengan Daerah Istimewa Yogyakarta itu. Status Merapi meliputi "aktif normal", "waspada", "siaga", dan "awas". Fase erupsi Merapi terakhir pada pertengahan 2006 antara lain ditandai dengan semburan awan panas, luncuran lava pijar, dan hujan abu secara intensif (ANTARA News/bolinks@2010).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar