AKSI SENIMAN MAGELANG PEDULI PEMBANGUNAN PASAR.

Borobudur Links | Oktober 26, 2010 | 22.25 wib | Label: Event and News


Borobudurlinks, 26 Oktober 2010. Sekelompok orang nampak mendorong sebuah bola besar dari kertas yang terbalut tempelan uang kertas, di suatu pagi, Minggu 24 Oktober 2010. Mereka mendorong bola itu menyusuri jalanan dari arah SMP 8 ke arah Pasar Penampungan, Magelang. Sesampainya di antara Pasar Burung dan Pasar Loak, di sebuah kios yang tak terpakai, rombongan itu berhenti. Mereka, dipimpin Andri Topo, langsung melucuti pakaian yang mereka kenakan dan menggantinya dengan kostum berupa lilitan kain warna merah. Tak lupa enam orang seniman itu juga melumuri wajahnya dengan lumpur, sehingga nampak seperti mahluk aneh dari dunia antah berantah.
Oh ya…pagi itu sekitar jam 10.00, sekelompok seniman Magelang sedang menyiapkan aksi kepedulian terhadap kondisi Pasar Rejowinangun yang tak kunjung dibangun. Kali ini mereka bergerak di bawah koordinasi grup “RAKYAT PEDULI PEMBANGUNAN PASAR REJOWINANGUN MAGELANG” (on facebook). Selain kelompok ‘Lagrangan’ pimpinan Andri Topo, tak lama kemudian juga bergabung rombongan ‘Sanggar Wonoseni’ pimpinan Ki Ipang Wonolelo, dan grup music Trunthung pimpinan Handoko Sudro. Sedangkan ‘Komunitas Jeda’ yang terdiri empat remaja SMU ikut bergabung sambil membawa spanduk aksi.
Setelah semua terkumpul, sekitar 50 seniman, aksipun dimulai. Diawali bentangan spanduk bertuliskan ‘Seniman Magelang Peduli Pembangunan Pasar Rejowinangun’ dan music trunthung yang bertalu-talu dinamis. Kelompok Lagrangan berjalan di depan sambil melakukan gerak-gerak teatrikal. Bola dunia berbalut uang yang mereka bawa didorong dengan cepat, kadang menekan, sehingga terkesan menghantam atau menggilas orang-orang yg ada di sekitarnya.
Adegan itu diulang-ulang sepanjang jalan prosesi, dari pasar penampungan hingga pasar Rejowinangun.
Andri Topo, si penggagas, mengartikan bola itu sebagai kekuatan ekonomi yang cenderung menggilas siapa saja. Seperti halnya pedagang pasar yang tergilas kekuatan modal dan pemilik kekuasaan.

Ipang dkk berekspresi lain lagi. Mereka yang berbalut kain putih dan wajahnya juga dicat warna putih, menandu sebuah maket bangunan bertuliskan Pasar Rejowinangun. Sepanjang jalan Ipang, bak bagawan utama, menaburkan bunga mengelilingi maket. Kadang-kadang bunga juga ditaburkan ke seniman lain. Ruwatan ala Ipang dkk ini mencapai puncaknya di depan Tugu Adipura yang berdiri di depan eks Pasar Rejowinangun.
Sementara di belakang, Handoko dan 20 orang rombongannya mengiringi lewat irama music Trunthung yang menghentak dinamis. Gerak dan irama yang terkesan ‘riang gembira’ ini seakan-akan mewakili harapan semua pedagang pasar, yang akan merasakan kegembiraan hidup kembali bisa pasar secepatnya dibangun seperti halnya maket yang dipandu Ipang dkk.
Selain para seniman dan panitia, yang nampak sibuk adalah sekelompok fotografer, yang mondar-mandir mengabadikan aksi-aksi teatrikal para seniman. Kelompok GUFI (Guyub Fotografi) pimpinan Bambang Bro dan Mbilung Sarawita, itu memang sejak awal mendukung berlangsungnya aksi ini.
Di beberapa titik para seniman itu berhenti dan melakukan performance. Bahkan di depan Bank Mandiri rombongan seniman melakukan aksi khusus. Kelompok trunthung berdiri berjajar di jalur hijau, sementara Ipang dan Andri cs meresponnya dengan rangkaian gerak teatrikal.
Beberapa pedagang di Pasar Penampungan dan di Jalan Kahendran yg menyaksikan aksi ini juga antusias mendukung. Apalagi setelah mengetahui tujuan aksi seniman ini. “Terimakasih atas dukungan para seniman. Kini kami merasa tidak berjuang sendiri, “ kata seorang ibu penjual pakaian mengomentari.


Namun sayang hujan deras mengguyur, justru ketika ritual ruwatan akan dimulai di depan tugu Adipura yg terletak di perempatan Pasar Rejowinangun. Namun hujan deras itu tak menyurutkan semangat para seniman. Ritual yang merupakan puncak prosesi tetap dijalankan.
Rombongan Ipang dan Handoko duduk menempatkan diri di depan tugu, sementara Andri cs melakukan gerak teatrikal di sekeliling mereka. Ipang memimpin doa dan menaburkan bunga ke sekeliling lokasi yang dianggap pancer dari gerak ekonomi kota Magelang itu.
Selesai ruwatan para seniman bergerak memasuki bekas lokasi pasar yang kini berupa lahan kosong penuh semak belukar. Setelah sebentar melakukan aksi sebentar di ruas jalan Mataram, mereka kembali ke depan tugu Adipura. Selain melakukan aksi dan pose-pose untuk para fotografer, mereka juga mengedarkan kardus-kardus mengumpulkan koin dari pengguna jalan dan para pedagang.
Dalam rilis yang dibagikan oleh Mbilung Sarawita, Humas aksi, ruwatan ini merupakan ujud keprihatinan para seniman Magelang terhadap berlarut-larutnya pembangunan pasar yang terbakar 2,5 tahun lalu. Lewat ruwatan yang merupakan wujud tradisi Jawa, seniman berniat membebaskan pasar dari anasir negative yang mengungkung. Sehingga diharapkan setelah bersih dari anasir negative, pembangunan pasar secepatnya bisa terlaksana.
“Semangat para seniman ini pantas diteladani. Kendati hujan deras mereka tak surut menyuarakan aspirasi masyarakatnya. Untuk masalah pasar, Anda benar bung , “ pesan sms dari seorang mantan ketua dinas di lingkungan Pemkab Magelang kepada Mualim M Sukethi, penggagas sekaligus penanggungjawab aksi.
Sementara ulama karismatik asal Ponpes Tegalrejo, Gus Yusuf, menyambut positif aksi seniman ini. Dalam suatu kesempatan ketika bertemu dengan Mualim M Sukethi, setelah aksi berlangsung kyai gaul itu berkomentar: “Terimakasih mas, sudah mau ikut memikirkan masalah warga Magelang. Memang masalah ini harus ‘dikepung’ dari segala sisi “.
Masalahnya, sementara ini, yang terketuk hatinya untuk ‘mengepung’ problematika pasar ini sebagian besar justru seniman dari wilayah Kabupaten Magelang. “Masalah pasar kobong ini kan bukan urusannya seniman kota saja. Kami petani gunung juga merasakan akibatnya, karena hasil tani kita kan juga dijualnya ke pasar Magelang, “ kata Handoko, yang berasal dari Warangan, Pakis, Kabupaten Magelang.
Seniman kota sendiri kelihatannya masih ‘wait and see’, alias menunggu kemana arah angin berhembus. Malahan sempat beredar sms di kalangan seniman yang isinya menuduh kalau aksi seniman ini tidak murni, tapi ditunggangi kelompok kepentingan tertentu, tanpa memberikan bukti-bukti berdasar apa tuduhan itu terlontar.
“Biarkan saja mas. Saya dan mas Tanto (Mendut) selama ini justru sepakat, biarkan kita ditunggangi pihak-pihak lain. Selagi pihak-pihak lain itu juga mempunyai tujuan yang sama, membela rakyat dan membela kebenaran itu sendiri, “ komentar Gus Yusuf ketika mengetahui isu sms itu. “Waktu dan sejarah yang nanti akan membuktikan apakah aksi seniman ini murni atau ditunggangi, “ tambahnya. Wallahualam (Myasa Poetika/bolinks@2010).

14 komentar:

  1. Erni Sumiyati:
    Semoga pihak2 yang terkait terketuk hatinya.. semoga warga yang peduli akan lebih peduli lagi... Good job mas.. sayang aq gak bisa mengiluti dari awal hingga akhir..

    BalasHapus
  2. Wahyu Atmaji:
    Luar biasa.... sebuah perjuangan memang tidak bisa seperti menelan tablet sakit kepala... Diperlukan stamina enerji yang cukup. Kita harapkan aksi ini bisa menjadi bola salju, makin membesar, dan makin banyak melibatkan orang. Mari berjuang sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing.

    BalasHapus
  3. Mualim M Sukethi:
    @Erni. Mmg kita ngga boleh berhenti berdoa dan berusaha. Trims dukungannya.
    @Aji. Semoga semangat teman2 seniman dan warga MGL cukup panjang untuk mengjidupi perjuangan yg blm ketahuan di mana ujungnya. Trims dukungannya.

    BalasHapus
  4. Trisno Sabowo:
    maju terus pantang mundur

    BalasHapus
  5. Mualim M Sukethi:
    MbahTris. Mundur kejegur sumur. Trism semangatnya ! Semoga Pasar Rejowinangun segera dibangun.

    BalasHapus
  6. Heri Setiawan:
    dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan beribu terima kasih atas dukungan agar pedagang segera memperoleh kapalnya lagi, alias Pasar Rejowinangun Magelang segera dibangun kembali, sehingga bisa segera membawa keluarga mengarungi kesejahteraan hidup yang layak,,bravo komunitas seni,,,

    BalasHapus
  7. Mas Herry:
    sungguh upaya yg luar biasa...begitu besar kepedulian para seniman Magelang...saluutt...Pasar Rejownangun memang harus segra dibangun kembali...menyangkut kepentingan warga Magelang secara luas...pedagang...petani...konsumen...jelas Pasar Rejowinangun merupakan urat nadi perekonomian Magelang...baik warga maupun Pemda...ketiadaan Pasar Rejowinangun jelas merugikan Magelang... moga dg aksi para seniman akan segra membangunkan para Petinggi dari tidurnya...moga pembangunan kembali Pasar Rejowinangun bisa segra direalisasikan...Amin YRA...

    BalasHapus
  8. Mualim M Sukethi:
    Mas Heri, trims perhatiannya. Lwt jalur masing2 rakyat Mgl mesti terus berjuang agar Pasar Rejowinangun segera dibangun. Spt kata Gus Yusuf 'Masalah ini hrs dikepung dr segala lini'.

    BalasHapus
  9. Mualim M Sukethi:
    Mas Herry, Bukti kongkrit ttg mandegnya perekonomian Magelang, sejak Pasar Rejowinangun kobong dan tidak beraktivitas, PAD Kota Mgl berkurang hingga 30%. Kalau dibiarkan berlarut-larut, maka yg dirugikan bukan hanya pedagang tapi juga pemerintah dan masyarakat pd umumnya.

    BalasHapus
  10. Mas Herry:
    betul mas Mualim...trus terang aku ra mudeng...gimana seh pikiran para petinggi di Magelang...waktu mo rebutan KURSI...minta2 ke rakyat buat ndukung...giliran rakyat membutuhkan ( termasuk Pemda juga seh )...eee...tenang2 aja...piye to iki...

    BalasHapus
  11. Juli Wanti:
    Semangat terus ya seniman magelang,semoga dgn niat tulus ini Allah memberikan ridho, dan berkahnya kepada kalian semuanya AMIN......SEMANGAT 45 ........

    BalasHapus
  12. Nugie Kita:
    mosi tidak percaya dengan pemerintah dan para wakil kutu kupret rakyat......... akan terus menggurita.... rrrrrgh

    BalasHapus
  13. Mualim M Sukethi:
    Juli, terus terang dukunganmu penting bagiku... Yg pasti aku makin bersemangat nih, karena bagian logistik sdh menyatakan dukungannya...he he

    BalasHapus
  14. Mualim M Sukethi:
    NUgie, waktu yg akan menguji apakah para pemimpin itu pantas mendapat amanah. Semangat !

    BalasHapus
 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich