SENDANGSONO, Keindahan & Mistik Di Sekitarnya.

Borobudur Links | Maret 29, 2010 | 21.02 wib | Label: Tourism


Oleh: Mualim M Sukethi.

Borobudurlinks, 29 maret 2010.
Kalau kita ingin mengetahui lebih jauh tentang misi Katholik di Indonesia, tentu nama Sendangsono tak bisa diabaikan begitu saja. Di sendang kecil yang berada di bawah pohon sono, inilah dahulu kala Romo Van Lith membaptis 173 orang warga pribumi Jawa menjadi pemeluk agama Katholik. Peristiwa fenomenal itu bisa dikatakan menjadi tonggak emas bagi misi Katholik di Indonesia, sekaligus menjadi bukti sukses perjalanan sejarah seorang missionaries bernama Franciscus Georgius Josephus Van Lith atau seringkali disingkat sebagai Van Lith.
Secara historis Sendangsono memang tak bisa dipisahkan dari sejarah misi Katholik yang berawal dari kota Muntilan, Kabupaten Magelang. Letaknya pun tak jauh dari kota kecamatan itu, sekitar 15 kilo meter kea rah selatan. Namun secara administrative Sendangsono termasuk di wilayah Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Jogyakarta.

AGA KHAN AWARD.

Sendang Sono bisa dijangkau setelah melewati jalan berliku di kaki bukit Menoreh. Anda bisa memilih dua jalur jika ingin menjangkaunya dari pusat kota Yogyakarta, melewati Jalan Godean hingga Sentolo kemudian belok ke kanan. Atau melewati Jalan Magelang hingga pertigaan Pasar Muntilan kemudian belok ke kiri. Jaraknya sekitar 45 kilometer dari Jogyakarta, atau sekitar 35 kilometer dari Magelang.
Kompleks perziarahan yang cukup luas ini terbagi atas kapel-kapel kecil, lokasi Jalan Salib, Gua Maria, pendopo, sungai dan tempat penjualan perlengkapan ibadah. Udara sejuk akan menyapa anda begitu memasuki kompleks ziarah, tak heran sebab kompleks ini ditumbuhi banyak pepohonan.

Secara keseluruhan letak bangunan-bangunan ibadah ini tertata dengan indahnya. Merupakan perpaduan arsitektur tradisi Jawa yang nampak dari tampilan dan bahan bakunya yang banyak memanfaatkan kayu dan bambu, serta fungsi bangunan yang efisien yang merupakan ciri arsitektur modern. Tak heran, karena kompleks Sendangsono ini dirancang oleh Romo YB Mangunidjaja PR, seorang pastur sekaligus arsitek kondang. Bahkan karya Romo Mangun ini sempat memperoleh penghargaan Aga Khan Award, sebagai karya arsitektur yang akrab dengan lingkungan.
Sendang Sono dinamai berdasarkan letaknya. Sendang berarti mata air, sementara Sono berarti pohon sono, sehingga nama itu menunjukkan bahwa sendang ini terletak di bawah pohon sono. Sendang beserta pohon sono dapat dijumpai dengan berbelok ke kanan dari pintu masuk, sayangnya anda tak bisa melihat sendang dengan leluasa karena bilik sendang kini ditutup dengan kotak kaca.
Sebelum tahun 1904, sendang ini lebih dikenal dengan nama Sendang Semagung, berfungsi sebagai persinggahan para bhikku yang ingin menuju daerah Boro, wilayah sebelah selatan Sendang Sono. Namun, sejak 20 Mei 1904 atau kedatangan Pastur Van Lith dan pembaptisan 173 warga Kalibawang menggunakan air sendang, tempat ini mulai berubah fungsi sebagai tempat ziarah umat Katholik.
Memasuki kapel utama di kompleks ziarah ini, anda bisa mengenang peristiwa pembaptisan yang terjadi 106 tahun lampau itu, sebab di kapel itu terdapat sebuah relief yang menggambarkan prosesi pembaptisan. Sementara memasuki Kapel bunda Maria dan Kapel Para Rasul, anda akan mengingat perjuangan Bunda Maria dan 12 rasul pertama Kristus.
Jika ingin mengenang perjuangan salah satu warga penggerak komunitas Katholik Sendang Sono, anda bisa menuju ke pemakaman di dekat Kapel bunda Maria. Di sana, anda akan menemukan makam Barnabas Sarikromo, sahabat baik Pastur Van Lith yang juga menjadi salah satu warga yang dibaptis pada tahun 1904 dan ditetapkan sebagai katekis pertama di daerah tersebut.
Jalan salib pendek bisa menjadi pilihan ibadah untuk mengenang kesengsaraan Kristus memanggul kayu Salib. Di setiap pemberhentian jalan salib itu, anda bisa menyalakan lilin sekaligus berdoa dan mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan Kristus menuju Bukit Golgota, seperti saat kristus jatuh dua kali saat memanggul kayu salib, saat Veronica mengusap wajah Kristus dengan sapu tangannya hingga saat akhir menjelang kematian Kristus.
Berdoa di depan Gua Maria yang terletak di belakang pohon sono juga bisa menjadi pilihan untuk mencari ketenangan batin. Banyak orang memanjatkan doa dengan bersimpuh dan menyalakan lilin di depan gua ini. Anda bahkan bisa menuliskan permohonan atau curahan hati anda dalam secarik kertas, lalu memasukkannya dalam pot tempat pembakaran surat agar Tuhan menerimanya. Asal tahu, patung Bunda Maria yang ada di kompleks ini didatangkan khusus dari Spanyol.

PENAMPAKAN BUNDA MARIA.

Seperti pada tempat ziarah umat Katholik lainnya, Sendangsono juga tak bisa dilepaskan dari mitos ‘penampakan Bunda Maria’. Sejarah mitos yang dipercaya sebagian besar umat Katholik ini berawal dari sebuah gua yang terletak di Lourdes, Perancis Selatan. Saat itu, tahun 1858, seorang anak perempuan bernama Bernadette Soubirouos (14), mengalami beberapa kali ‘pertemuan mujizat’ dengan Bunda Maria.
Sejak peristiwa ‘pertemuan mujizat’ itu diakui oleh otoritas gereja Katholik, maka peristiwa Lourdes merupakan awal lahirnya fenomena ‘penampakan Bunda Maria’ yang terjadi di banyak tempat di berbagai belahan dunia, termasuk di Sendangsono, Kulon Progo Jogyakarta, yang letaknya ribuan kilometer dari Lourdes. Kebetulan secara geografis, keadaan alam Sendangsono juga identik dengan Lourdes. Ada gua untuk penempatan patung Bunda Maria, serta mata air (sendang) yang diyakini mengalirkan air mujizat yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit, seperti juga dengan mata air yang terdapat di Lourdes.
Pengalaman mistik, termasuk penampakan Bunda Maria, juga diakui dialami oleh banyak peziarah di Sendangsono. Namun hampir semua peziarah tak bisa menjelaskan secara spesifik bentuk penampakan itu. Masing-masing berbeda, sesuai kadar keimanan seseorang.
Pengalaman spiritual ini juga dialami oleh Rudy Pesik, seorang pengusaha nasional. Kendati telah sukses menjadi pengusaha dengan lebih 80 perusahaan, namun kehidupan spiritual Rudy Pesik tergolong kering kerontang. Bisa dikatakan sudah lama ia tidak ingat untuk berdoa, apalagi mengunjungi gereja.
Suatu ketika ia diajak oleh saudaranya, seorang selebritas yang hidupnya glamour, mengunjungi Sendangsono. Tadinya Rudy heran terhadap ajakan saudaranya itu, seorang selebritas yang identik dengan gaya hidup hedonis penuh pestapora, tiba-tiba mengajak ziarah ke Sendangsono dengan alasan untuk menyaksikan penampakan Bunda Maria.
Akhirnya Rudy bersama keluarganya berangkat mengunjungi Sendangsono. Menurut pengakuannya, pengusaha nasional itu bersama keluarganya benar-benar menyaksikan penampakan Bunda Maria. Ia dan istrinya menyaksikan perubahan alam semesta. “Seluruh langit berubah warna keemasan,’ kesaksian Rudy dan istrinya.
Bahkan salah seorang saudaranya sempat menantang, “Kalau kau memang benar-benar ada tunjukkan padaku !”. Begitu penampakan itu benar-benar terjadi, saudaranya itu pingsan dan terguling-guling jatuh ke lembah sungai. Sejak peristiwa itu perilaku spiritual Rudy berubah drastic. Ia tak hanya rajin ke gereja, tapi bahkan menjadi aktivis yang mengabdikan sebagian hidupnya di berbagai kegiatan dan lembaga social.
Ada juga oknum-oknum yang ‘menyalahgunakan’ kepercayaan umat seperti halnya penampakan Bunda Maria di Sendangsono itu. Suatu ketika ada seorang peziarah bernama Thomas Aquino yang mengaku mengalami penampakan Bunda Maria beberapa kali. Pengalaman Thomas Aquino ini mirip yang dialami Santa Bernadette pada peristiwa Lourdes. Termasuk pesan-pesan yang disampaikan ‘bunda suci’ bagi umat Katholik, yakni tentang ‘kekuatan doa sebagai benteng bagi kekuatan jahat yang senantiasa mempengaruhi manusia’.

Namun pengalaman spiritual Thomas Aquino ini kemudian dikomersilkan. Ia dan beberapa oknum rekannya menarik biaya bagi orang-orang yang ingin mengalami pengalaman spiritual melalui medium seorang bernama Thomas ini, yang jumlahnya hingga mencapai puluhan ribu. Jumlah sumbangan yang terkumpul setiap ritual penampakan berjumlah puluhan bahkan ratuasan juta. Tapi semua dana itu ternyata hanya dinikmati oleh Thomas dan kawan-kawan. Sepeser pun tak ada yang disalurkan bagi tempat ziarah itu atau kesejahteraan umat.
Beberapa rohaniwan mencurigai upaya komersialisasi yang dilakukan Thomas dkk. Mereka menduga Thomas Dkk menggunakan bantuan paranormal untuk meyakinkan para peziarah. Beberapa rohaniwan itu kemudian juga minta tolong pada paranormal lainnya yang mau menandingi paranormal yang digunakan Thomas dkk. Perang paranormal pun kemudian terjadi. Paranormal Thomas dkk kalah, penampakan yang dijanjikan gagal terjadi. Sejak itu kegiatan Thomas dkk tak berlanjut hingga kini.
Jadi persoalan pengalaman spiritual itu memang harus dikembalikan sebagai pengalaman yang sangat pribadi, sesuai kadar keimanan seseorang. Sebagai seorang muslim, penulis juga tak mau berbantah debat tentang pengalaman semacam ini. Bukankah dalam iman Islam pun kepercayaan pada hal-hal gaib itu bersifat mutlak ? (Dari berbagai sumber/bolinks@2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich