Halaman

Oktober 05, 2009

Wisata Kota Toea Magelang


Revitalisasi Jalur KA Magelang-Yogyakarta (2)
oleh Sholahuddin al-Ahmed

Aset PT KAI bekas stasiun dan jalur rel di Magelang hingga Yogyakarta belum terhitung secara pasti besarannya. Tapi luasan tanah yang membentang di bekas stasiun dan sepanjang jalur Magelang-Yogyakarta berikut aset bangunannya, cukup besar jumlahnya jika dinilai secara rupiah.

Di Kota Magelang ada Stasiun Kebunpolo, tanah di sepanjang Jl Sudirman hingga Jl Pemuda serta di kampung yang dulu dilewati rel kereta api. Belum lagi dari stasiun Mertoyudan hingga Sleman Yogyakarta. Namun sekarang ini sudah disewakan menjadi pertokoan, rumah makan dan pemukiman penduduk.

Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia jalur kereta api sangatlah besar perannya. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jateng. Mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Yogjakarta-Magelang-Ambarawa.

Sudah tak diragukan lagi, jalur kereta api menjadi bagian dari ruang sejarah masa revolusi. Proyek pembaggunan pertamakalinya, yang diberi nama ‘’Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij’’ (NV. NISM) dipimpin oleh Ir J.P de Bordes. Diawali dengan membangun rel dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km). Jalur itu dibuka pertamakalinya Agustus 1867.

Hingga akhirnya berkembang sampai jalur Semarang-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta. Wacana mengkaji jalur KA yang telah lama mati untuk dihidupkan kembali, mungkin saja menjadi bagian untuk inventarisasi aset PT KAI yang telah lama mangkrak.

Sisi lainnya, mengingat makin meningkatnya pelayanan moda transportasi darat, setidaknya juga menuntut pemerintah untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para penggunananya.

Kerata api bisa jadi menjadi salah satu alternatif untuk angkutan massal dengan tarif yang relatif terjangkau. Jalur yang dulu pernah ada seperti jalur Yogya-Solo-Semarang, Yogya-Bantul, Yogya-Magelang, antarprovinsi atau antarkabupaten/kota itu dikembangkan lagi untuk menopang geliat ekonomi dan pariwisata.

Sebagai kota tujuan wisata Yogyakarta ternyata lebih respon terhadap kajian dan wacana itu. Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X, dalam sebuah kesempatan mengatakan, peluang itu bisa saja dikembangkan. Tapi menuturtunya, yang cocok dikembangkan untuk jalur-jalur seperti itu berupa kereta api, trem, monorel, atau lainnya.

Dikatakannya, Departemen Perhubungan menilai yang layak dikembangkan berupa kereta-kereta ringan, itu sepertinya memang lebih memungkinkan.

Dia mencontohkan, seperti yang sekarang dikembangkan Pemprop DKI Jakarta berupa monorel, itu berarti cukup DKI Jakarta saja yang melaksanakan. Untuk mewujudkan itu tentu saja harus menunggu aturan baru yang akan diberlakukan. Pemberlakuan regulasi baru itu dimaksudkan agar daerah juga dimungkinkan memenuhi kebutuhan transportasinya sendiri.

Jika memang layak dan potensial, kata Sultan, bisa saja jalur kereta api Yogya-Magelang dihidupkan. Namun tentunya perlu studi lebih dulu terhadap sistem transportasi yang ada. Misalnya, apakah pariwisata Yogyakarta-Magelang membutuhkan sistem transportasi tersendiri atau tidak.

Menurutnya, makin banyak wisatawan dan semakin tinggi mobilitas masyarakat, jika itu memungkinkan dan tarif terjangkau akan menjadi daya tarik tersendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar