Halaman

April 25, 2012

BANJIR KARYA SENIRUPA DI MAGELANG.



Oleh Sakya Suu Kyi.

Borobudurlinks, 20 April 2012. Mendampingi peresmian Museum OHD yang baru (building 3), serta merayakan hari ulang tahun dr Oei Hong Djien (OHD) yang ke 73 tahun, ratusan perupa berkelas nasional memamerkan karya-karyanya di berbagai galeri dan museum yang ada di kota dan kabupaten Magelang.  Selain 5 maestro senirupa Indonesia yang karyanya dipajang di Museum OHD, sejumlah lebih 200 perupa itu berpameran dalam hajatan budaya bertajuk ‘ Magelang Arts Event 2012’ (MAE), sepanjang bulan April 2012.
Kalau ditambah dengan perupa yang karyanya dipajang di Museum OHD yang lama (building 1 dan 2), maka MAE 2012 bisa dikategorikan pameran bersama terbesar yang diikuti perupa Indonesia. Mestinya MURI (Museum Rekor Indonesia) mencermati hal ini, dan memberi penghargaan khusus. Penghargaan itu akan melengkapi dua pencapaian yang diperoleh saat MAE berlangsung, yaitu ‘Museum Pertama Di Dunia yang Dibangun dari Bekas Gudang Tembakau’ untuk Museum OHD, dan ‘Pembukaan Pameran Senirupa Terunik karena Dilakukan Seekor Gajah’ yang didapat Galeri Limanjawi, Borobudur, Kabupaten Magelang.
 “Jumlah galeri yang ikut dan jumlah perupanya yang mencapai ratusan, mungkin hanya bisa ditandingi beberapa pameran besar di luar negeri, “ kata OHD ketika disodori fakta-fakta itu. Sementara Deddy PAW, perupa asli Magelang, sedikit mengkoreksi: “Kalau event di dalam negeri yang bisa menandingi mungkin pameran 'ExpoSign' di Jogya. Jumlah galeri dan perupa yang ikutserta juga sangat banyak”. Saat MAE, Deddy ikut meramaikan dalam bentuk pameran tunggal bertajuk “Let’s Talk About Apple”.
Hajatan budaya luar biasa ini seharusnya menjadi berkah tersendiri bagi warga Kota Magelang dan sekitarnya, yang kebetulan di bulan April ini sedang berulang tahun yang ke 1105. Lewat pameran besar ini warga Magelang bisa menikmati ratusan karya senirupa berkualitas tinggi, bahkan beberapa dianggap terbaik di Indonesia.
“Dari karya yang tersaji masyarakat Magelang bisa mempelajari sejarah dan keragaman karya senirupa modern Indonesia. Tak ada warga kota lain yang seberuntung kota Magelang mendapat berkah menikmati karya terbaik bangsanya. Yang selama ini hanya bisa dinikmati warga kota besar semacam Jakarta, Jogya, Bali, dan lainnya, “ kata OHD ketika menyambut peresmian museum.

Berikut adalah daftar museum, galeri, dan peserta pameran yang ikut meramaikan MAE 2012.

01.
“BACK TO BASIC’.
MUSEUM OHD (building 03),
Jalan Jenggolo No 14 Kota Magelang.
5 April – 5 Juli 2012.

Pada pameran bertajuk ‘Back To Basic’, yang berlangsung mulai 5 April hingga 5 Juli 2012, itu dipamerkan karya-karya lukis, patung, dan sketsa dari 5 maestro senirupa modern Indonesia, yaitu Affandi, Soedjojono, Hendra Gunawan, Widayat, dan Soedibio.
Menurut penilaian OHD, kelima pelukis itu merupakan pelukis terbaik di era senirupa Indonesia modern. Di antara karya yang dipamerkan terdapat karya Affandi ‘Bistro in Paris’ (1953), yang memenangkan hadiah dalam Biennale Venezia 1954, sebuah pameran bergengsi di dunia. Penghargaan itu merupakan penghargaan bergengsi dunia pertama yang diperoleh pelukis Indonesia.

02.
“MODERN & CONTEMPORERY FINE ARTS OF INDONESIA”
MUSEUM OHD (building 01 & 02).
Jalan Diponegoro No. 74 Kota Magelang.
Setiap hari sepanjang tahun.

 Di 2 bangunan museum yang terletak di belakang kediaman OHD itu terpajang ratusan lukisan, patung, dan instalasi, yang merupakan sebagian dari 2000 karya seni koleksinya. Secara berkala ratusan karya seni itu diganti atau di rotasi. Karena selain dipajang di 3 musiumnya, koleksi OHD juga sering dipamerkan di berbagai event senirupa, baik di dalam mau pun di luar negeri.
Di museum yang ke 01, tersimpan ratusan karya yang tergolong ‘Modern Art of Indonesia’. Pelukis yang termasuk golongan ini adalah Raden Saleh, Lee man Fong, Affandy, Soedjojono, Hendra Gunawan, Widayat, Trubus, Doelah, Soedjono Kerton, Nyoman Gunarsa, dll.
Di museum yang ke 02, diisi ratusan karya pelukis muda yang tergolong ‘Contemporary Art of Indonesia’, seperti karya Ivan Sagita, Nasirun, Nyoman Masriadi, Agus Suwage, Heri Dono, S.Tedy, Deddy PAW, dll. Selain lukisan di museum 02 ini juga terdapat puluhan patung dan instalasi yang menarik, termasuk patung figure OHD dalam berbagai gaya, hadiah para seniman muda itu.

03.
“OUR TRIBUTE TO A MENTOR”.
GARIS ArtSpace.
Gedung TRIBAKTI. JL. Jend Sudirman, Kota Magelang.
5-7 April 2012.

Di gedung serbaguna milik Grup New Armada, ini sekitar 30 perupa nasional memamerkan karya-karyanya dalam pameran berjudul ‘ Our Tribute to a Mentor’.  Pameran yang dimaksudkan sebagai penghargaan bagi OHD ini diikuti oleh Edhie Sunarso, Sunaryo, Made Wianto, FX Harsono, Ivan Sagita, Yani Mariani, Heri Dono, Nasirun, Entang W, dll.
Selain pameran bersama juga diadakan diskusi dengan menghadirkan beberapa kritikus dan curator internasional, antara lain: Lorenzo Rudolf, Magnus Renfew, Pearl Lam, Kwok Kian Chen, Dr Helena Spanjaard, dan OHD sendiri. Bertindak sebagai moderatot adalah Patricia Chen.


04.
“THIS IS MING”.
ALEXANDER MING MUSEUM,
JL. P Diponegoro (dpn SPBU) Kota Magelang.
3 April – 1 Mei 2012.

Di museum miliknya sendiri ini, Alexander Ming, memamerkan sekitar 12 karyanya yang terdiri lukisan, patung, hingga desain kursi. Kursi memang menjadi obyek yang tak henti-hentinya menginspirasi karya-karya pelukis kelahiran Magelang ini.
“Tampaknya Ming sedang menyuguhkan aroma kedigdayaan kursi. Kanvas-kanvas itu dikalahkan oleh dinamika obyek yang kuat. Kursi-kursi Ming bukan sekedar memberitahukan kita tentang obyek pemikiran, namun juga pesan-pesan luhur, “ tulis Mikke Susanto, seorang kritikus senirupa, pada catalog yang menyertai pameran ini.


05.
“THE MAGELANG COLLECTIONS”.
SYANG ArtSpace,
JL. MT Haryono No. 2, Kota Magelang.
2 April – 2 Mei 2012.


Kali ini para kolektor senirupa Magelang unjuk diri. Mereka memamerkan koleksi terbaiknya dalam pameran berjudul ‘The Magelang Collections’. Beberapa lukisan terbaik karya Lee man Fong, Affandy, Sunaryo, Ivan Sagita, Nyoman Gunarsa, Andre Tanama, dll, memenuhi galeri milik Ridwan Muljosudarmo ini.
Beberapa kolektor papan atas dari Magelang yang berpartisipasi antara lain: OHD, David Hermanjaya, Chris Dharmawan, Ajip Rosidi, Deddy Irianto, David Joe Dozan, Slamet Santosa, dll.


05.
“AGATHOS”.
LANGGENG GALLERY,
JL. Cempaka (dpn Hotel Puri Asri), Kota Magelang.
5 April – 5 Mei 2012.

Galeri milik Deddy Irianto, kali ini, memamerkan karya-karya Andre Tanama. Setidaknya ada 8 lukisan dan patung karya perupa muda dari Jogyakarta itu memenuhi bagian depan galeri yang menyatu dengan kediaman Deddy.
Selain itu, di bagian belakang galeri, juga tersaji karya-karya perupa kontemporer koleksi Deddy, antara lain karya Tisna Sanjaya, Agus Suwage, S Teddy, Dolorosa Sinaga, FX Harsono, dll.


06.
“MAGELANG YOUNG COLLECTORS”.
RUMAHKU ART CAFÉ,
Puri Cendrawasih Kav 5 (dpn Hotel Oxalis) Kota Magelang.
2 April – 10 Mei 2012.

Selain kolektor-kolektor mapan yang berpameran di Syang ArtSpace, beberapa kolektor muda dari Magelang, juga tak ketinggalan memamerkan koleksinya. Mereka antara lain: Ronnie S, Haryanto, Peter Agus Wijaya, Budi Cahyadi, Tedy Ariono, Rudi Setiawan, dan Like Sanjaya.
Selain bisa menikmati sajian karya seni berkualitas, pengunjung juga bisa menyicipi berbagai menu lezat unggulan café ini.


07.
“NATURE AND HARMONY”.
ED’s GALLERY,
Borobudur Golf, JL. Gatot Subroto, Kota Magelang.
4 – 11 April 2012.

Eddy Soetrisno, anggota DPRD Kota Magelang, juga dikenal sebagai pembina beberapa pelukis Magelang. Kali ini pemilik ED’s Galerry ini memamerkan karya 2 perupa muda asli Magelang, yaitu Nurfuad dan M.Husain. Belasan karya 2 perupa itu terpajang di lantai 2 gedung utama yang terletak di kompleks Borobudur Golf Magelang.


08.
“KEMBAR MAYANG”.
Museum H Widayat,
JL. Letnan Tukiyat No. 32, Mungkid, Kab. Magelang.
6 April – 6 Mei 2012.

Tak kurang dari 170 perupa berpartisipasi dalam pameran berjudul ‘Kembar Mayang’ ini. Sebagian besar adalah perupa alumni ISI (d/h ASRI) Jogyakarta, sekaligus murid dari almarhum H.Widayat. Jumlah ini juga merupakan rekor tersendiri, perupa sebanyak itu berpameran bersama di satu museum atau galeri.
Beberapa adalah perupa muda papan atas Indonesia, seperti Ivan Sagita, Bunga Jeruk, Melodia, dll.

09.
“BRAVE ART”
LImanjawi Art House,
Tingal Kulon, Wanurejo, Borobudur, Kab Magelang.
1 April – 9 Mei 2012.

Sebanyak 7 perupa yang berasal dari Magelang, Wonosobo, dan Jogyakarta berpameran bersama di Limanjawi Art House. Mereka adalah Awi Ibanezia, M Ghovir, Tunarno, Damtoz Andreas, Budi Widaryanto, Katirin, dan Klowor Waldiono.
Yang unik, pameran bertajuk ‘Brave Art’ ini dibuka oleh seekor gajah piaraan Taman Wisata Candi Borobudur. Gajah bernama Melia itu membuka pameran sekaligus melukis di atas kanvas. Ide yang unik ini mendapat anugrah dari MURI sebagai ‘Pameran yang dibuka gajah pertama kali di Indonesia’.

10.
“BEAUTY OF LIFE”.
Amanjiwo Art Room,
Amanjiwo Resort, Majaksingi, Borobudur, Kab Magelang.
3 Maret – 30 Juni 2012.

Dua perupa muda dari Magelang, Cipto Purnomo dan Yogi Setyawan, memamerkan karya-karyanya di hotel prestius yang terletak di kaki Pegunungan Menoreh ini. Sekedar diketahui beberapa selebritas dunia pernah menginap di hotel ekslusif ini, sebut saja David Beckam, Richard Gere, Richard Chamberlain, dll.

11.
“LETS TALK ABOUT APPLE”.
TUKSONGO Visual Art House,
JL Randu Alas No.99, Tuksongo, Borobudur, Kab Magelang.
3 April – 9 Mei 2012.


Deddy PAW, pelukis asli Magelang, ini memamerkan puluhan karyanya di galeri miliknya sendiri. Lukisan berukuran besar yang menampilkan  unsur atau ikon Budhis , seperti candi, stupa, atau biksu Budha, dipadukan dengan simbul-simbul mencitrakan buah apel, yang menjadi ciri khas perupa lulusan IKJ ini, tampak mendominasi ruang galeri yang tak terlalu luas ini.

Letak galeri yang cukup strategis, antara candi Borobudur dengan hotel Amanjiwo, rupanya cukup menarik turis-turis penghuni hotel itu untuk mampir. Pada akhirnya, beberapa lukisan yang terkesan provokatif karena obyek, ukuran, dan teknisnya yang kuat, itu berpindah tangan ke tangan turis-turis berkantong tebal itu.
“Sudah laku lima, “ aku Deddy, ketika penulis mengunjunginya sekitar seminggu setelah pameran dibuka. Hasil yang luar biasa di tengah lesunya pasar senirupa tanah air 3 tahun terakhir ini. Turis dari hotel Amanjiwo juga memborong beberapa lukisan yang dipamerkan di Limanjawi Art House dan Museum Widayat.

Selain berbagai pameran senirupa, MAE juga dimeriahkan oleh kehadiran puluhan penyair nasional dan internasional. Adalah ‘Rumah Buku DUNIA TERA’ pimpinan Dorothea Rosa Herliany, penyair terkemuka  asli Magelang, yang punya hajat budaya ini.
Selain membaca puisi selama 2 malam di Taman Lumbini, Komplek Candi Borobudur, puluhan penyair itu juga beranjangsana ke Museum OHD, Pesantren API Tegalrejo, Toko Emas Mustika, hingga dusun Gejayan di Kecamatan Pakis Magelang. Penulis yang hadir dalam pertemuan para penyair dengan warga dusun Gejayan, sempat menikmati kehebatan para penyair itu, yang secara spontan membacakan puisi atau berperformen mengimbangi pertunjukan tari dan music yang disuguhkan warga dusun yang tergabung dalam ‘Komunitas Lima Gunung’ itu. Warga dusun pimpinan Lurah Riyadi, itu menyajikan beberapa nomor tarian antara lain Gupolo Gunung, Kipas Mego, Geculan Bocah, dll.
Anda mungkin membayangkan, dunia kebudayaan Magelang akan hiruk pikuk oleh kehadiran ratusan karya senirupa serta puluhan penyair dari dalam dan luar negeri. Ternyata tidak. Tidak ada relevansi antara kehadiran karya dan seniman nasional/internasional dengan partisipasi masyarakat local Magelang.
Yang dihadiri oleh ratusan pengunjung hanya pembukaan Museum OHD. Ratusan tamu yang terdiri dari perupa, seniman, wartawan, kritikus, kolektor, dan kolekdol, praktis memenuhi koridor dan ruang museum yang terletak di jantung kota Magelang itu. Namun kalangan senibudaya Magelang sendiri hampir tak terlihat.
Pada pembukaan museum yang berlangsung tanggal 5 April 2012, itu selain dari kalangan birokrat karena mengiringi kehadiran walikota Magelang dan wakilnya, dari kalangan seniman budayawan Magelang yang hadir adalah Sutanto Mendut, Rosa dan suaminya Damtoz Andreas, Deddy PAW, Umar Chusaini, Sutrisman, Mualim Sukethi, dan Yefta Tandio. Mereka, selain seniman adalah aktivis yang selama ini menghidupkan kehidupan kebudayaan Magelang di level nasional/internasional.
Seniman Magelang lain, khususnya kalangan perupanya, tak ada yang terlihat hadir. Bahkan aktivis DKKM (Dewan Kesenian Kota Magelang) pun tak nampak batang hidungnya. Ternyata tak hanya pada pembukaan museum OHD. Pada pameran lainnya, yang berlangsung di puluhan galeri, itu hampir tak kelihatan para seniman Magelang itu. Setidaknya hal itu terlihat dari sepinya pengunjung di galeri atau museum itu, juga dari buku tamu yang tak mencatat nama-nama seniman Magelang.
Apakah para seniman Magelang itu tak merasa perlu belajar dari event besar yang baru pertama kalinya berlangsung di Magelang ini ? Apakah seniman Magelang juga tak perlu membangun jaringan dengan kalangan seniman dan lingkungan senibudaya yang lebih luas ? Apakah betul adanya anggapan bahwa seniman Magelang ibarat hidup sebagai ‘katak di bawah tempurung ? Wallahualam bisowab (bolinks@2012).






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar