Halaman

Mei 07, 2010

SURAT TERBUKA UNTUK KA-DISPORABUDPAR MAGELANG.

Aktivis sastra berkumpul di PDS HB Yasin.

Yang terhormat:
Bapak EDI WAHJANTO
Kepala Kantor DISPORABUDPAR
Kota MAGELANG.

Salam,

Jakarta memiliki Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Yasin, sebuah gedung yang berfungsi menyimpan ribuan dokumen sastra dan budaya dari seluruh Indonesia. Dokumen itu sebelumnya dikumpulkan secara pribadi oleh HB Yasin, seorang kritikus sastra terkemuka, selama hidupnya. Mengingat nilai dokumen-dokumen itu yang sangat penting bagi perjalanan sejarah kebudayaan Indonesia, maka pemerintah DKI Jakarta, semasa Gubernur Ali Sadikin, membangun gedung untuk menyimpan arsip sejarah itu, yang berlokasi di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Kini PDS HB Yasin diakui keberadaannya sebagai pusat dokumentasi sastra terbesar dan terpenting di Asia Tenggara. Dari gedung dua lantai itu, telah lahir berbagai penelitian, tulisan, sastrawan, dan akademisi, yang memberi warna penting dalam sejarah sastra di dalam dan luar negeri.
Magelang juga memiliki AJ Soetrisman (70 th), mantan birokrat di bidang pendidikan dan kebudayaan, yang sepanjang karirnya (40 th) mengumpulkan berbagai jenis dokumentasi perjalanan dan dinamika senibudaya yang berlangsung di wilayah Magelang. Ribuan dokumen itu kini menumpuk di rumahnya yang sederhana, di kampung Boton Balong, Magelang Tengah.
Saya sendiri beberapa kali mengunjungi rumah Pak Trisman, panggilan akrabnya. Saya sempat terkejut mendapati dokumen-dokumen lama, dari mulai th 70-an, dalam bentuk kliping artikel, foto-foto, dan surat-surat tulisan tangan. Dalam dokumen itu terekam wajah-wajah, adegan, karya, pikiran, dari teman-teman seniman Magelang selama ini. Bahkan foto-foto kiprah saya di awal berkesenian semasa SMA dulu (akhir 70-an) tersimpan dengan baik di rumah yang kini ditinggali Pak Trisman berdua istrinya itu.
Saya bangga mendapati itu semua. Tapi sekaligus prihatin, seandainya Pak Trisman tiada (maaf Pak Trisman), siapa yang akan merawat semua dokumen itu. Belum lagi sistem penyimpanannya yang tergolong sederhana, sehingga memungkinkan terjadinya kelapukan dan kerusakan. Tak banyak di Indonesia ini orang-orang seperti Pak Trisman, yang memiliki ketekunan, ketelitian, dan kesetiaan untuk mengerjakan semua itu seorang diri. Tanpa bayaran atau penghargaan sama sekali.
Mengingat pentingnya dokumen-dokumen semacam itu, sebagai bagian dari sejarah kebudayaan kota Magelang, serta bentuk penghargaan bagi Pak Trisman, saya memberanikan diri untuk mengusulkan kepada pihak Kantor Dinas Disporabudpar Kota Magelang, agar memfasilitasi pembangunan sebuah gedung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan semua dokumen tentang perjalanan sejarah kota Magelang. Baik yang dimiliki oleh Pak Trisman, mau pun pihak-pihak lainnya yang memilikinya. Sejauh pemilik bersangkutan mengijinkannya.
Tentu sebaiknya gedung tersebut harus cukup representaif. Lapang, nyaman, dan memenuhi syarat secara teknis (AC, computer, internet, dll). Selanjutnya dokumen-dokumen itu juga ditransfer dalam bentuk digital, sehingga bisa disimpan secara ringkas dan aman dalam waktu lama, selain lebih mudah untuk diakses bagi yang memerlukan. Nantinya gedung itu bisa dinamakan ‘Pusat Dokumentasi AJ Soetrisman’, atau nama yang tepat lainnya. Tentu semua ini bisa dibicarakan dengan pihak-pihak yang berkepentingan di Magelang.
Dalam benak saya tak banyak biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkan gedung ini. Di kota Magelang banyak asset pemkot atau pemprov Jawa Tengah berupa gedung-gedung kuno (heritage) yang keberadaannya masih terawat baik, atau gedung-gedung baru yang masih terawat tapi kurang berfungsi optimal, yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan ini. Misalnya: kompleks museum Diponegoro, eks kampus Universitas Gajah Mada (UGM) Cabang Magelang, eks kompleks kantor kabupaten Magelang (Kweekschool), Eks kantor Disporabudpar, bahkan salah satu ruang di kantor Disporabudpar yang baru. Tinggal dibenahi dan dilengkapi dengan sarana teknis yang dibutuhkan.
Dalam pemikiran saya, gedung ini akan berfungsi untuk membantu proses pendidikan bagi masyarakat Magelang khususnya, dan masyarakat kebudayaan pada umumnya. Selain itu, keberadaan gedung semacam ini tentu akan menaikkan martabat Magelang sebagai kota kebudayaan.
Demikian ide sederhana ini, semoga bisa diapresiasi sebagaimana mestinya. Atas perhatian Bapak, saya mengucapkan terimakasih.

Wassalam,
Mualim M Sukethi.

19 komentar:

  1. Eko Magelang:
    sungguh ide bagus dan mungkin baru kali ini, perlu sekali untuk mendapat perhatian dari semua pihak, khususnya DISPORABUDPAR.....
    saya mendukung !!!!

    BalasHapus
  2. Rhr Mukti;
    pak, boleh pinjam surat ini ga? buat konsumsi forum WM ... maturnuwun. saya nderek ndukung!!!

    BalasHapus
  3. Mualim M Sukethi:
    @Mas Eko. Jd kalau sampean mulih kampung ada tempat untuk dituju, khususnya kala haus informasi n pengetahuan ttg budaya Mgl.
    @Mas Mukti. Monggo, Silaken...

    BalasHapus
  4. Yusuf Kusuma:
    saya sangat mendukung, demi kelengkapan Magelang agar semakin banyak orang tertarik untuk datang.

    BalasHapus
  5. M Teguh Ali:
    Sebuah ide dan inisiatif yang baik sekali, pantas didukung terus..oleh kita semua..

    "Dokumentasi AJ. Soetrisman dkk" ini..awalnya dimulai dari ketekunan AJ Soetrisman, lalu menginspirasi Mualim M. Sukethi, sehingga melakukan kontak2 dengan berbagai pihak terkait, lalu menulis artikel ini, disusul reply M. Teguh Ali...begitu seterusnya..

    "titik-titik air bergabung, mengalir lalu bergabung dengan titik-titik air lainnya..makin lama makin banyak sehingga membentuk selokan, lalu kali cilik, lalu sungai....terus, terus, makin besar hingga sampailah ke lautan lepas..karena tak sekalipun tergenang di danau kejumudan, danau kemalasan..apalagi danau korupsi yang amat bau"

    Monggo..Lanjuut-kheen..!

    BalasHapus
  6. Agus Nugroho:
    saya setuju sekali adanya prakarsa untuk pembangunan Pusat Dokumentasi AJ Soetrisman, sayaa pernah mengunjungi rumah beliau dan sangat terkesan dengan apa yang telah dilakukan pak Trisman selama ini.

    BalasHapus
  7. Wibowo Setyo Utomo:
    Mas Mualim yth, tdk banyak juga orang spt anda, saya termasuk orang yang dibesarkan beliau utamanya dlm belajar bhs inggris, bbrp kamus diparinggke saya. Anehnya saya blm bisa bekti spt Kangmas.
    Hormatku Kangmas

    BalasHapus
  8. Mbilung Sarawita:
    Pada jaman Mataram Kuno, Magelang pernah menjadi pusat peradaban ... Kini, Magelang seolah cuma menjadi pinggiran dari suatu pusat peradaban ... Ide Mas Mualim sangat layak diapresiasi ... suatu langkah awal untuk mengembalikan kehormatan Magelang sebagai pusat peradaban ... pusat di mana banyak orang berduyun-duyun menimba ilmu dan ngelmu ... ;-)

    BalasHapus
  9. Ifat Irmawan:
    Ide yang sangat brilian Mas Mualim!
    saya turut mendukung sepenuhnya. Semoga pihak yang berwenang bisa segera menindaklanjutinya.

    BalasHapus
  10. Mualim M Sukethi:
    To All. Sekedar mengingatkan, Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) yg ke 1 setelah era kemerdekaan dilangsungkan di Magelang, th 1948. Artinya Magelang pernah memiliki posisi yg cukup signifikan dlm peta kebudayaan Indonesia (baca: Magelang dan Sejarah Kongres Kebudayaan Indonesia, di www.borobudurlinks.com). Dgn adanya 'Pusat Dokumentasi Budaya' ini kita mencoba mengumpulkan serpih2 kejayaan itu dan merebut kembali posisi strategis itu.
    @MS. Akeh wong sing rumongso duwe ilmu, neng durung tekan tahapan ngelmu (kalakone kantin laku).

    BalasHapus
  11. Penthol Magelang:
    izin share,pak..

    BalasHapus
  12. Wibowo Setyo Utomo:
    .....peng ! bener kang Mualim, Ilmu iku kelakone kanti laku, isih ana teruse, iku tembang pocung....! pernah nyekar ..or macopat. amerga okeh polahe anjalari minger kiblate. Para pinisepuh ngendiko, saiki pada murwakani laku kanti .. memasuh malaning diri lan ngasah malaning budi, Magelang bangkit

    BalasHapus
  13. Gepeng Nugroho:
    selalu kami merindukan Magelang yang indah untuk aktifitas dan kreatifitas. suport untuk para sahabat. sungguh nikmat dengan cara masing2 bisa saling bersinergis untuk Magelang. Kepuasan dan kebahagiaan untuk saat ini bagi kami adalah berkarya, untung belum punya anak istri jadi tak perlu berfikir berat masalah materi ..... hehehehehe.... kami selalu mohon bimbingan pada yang lebih senior, salam

    BalasHapus
  14. Mualim M Sukethi:
    AYO ISU INI DIGULIRKAN TERUS, sampai mimipi kita untuk memiliki 'PDB AJ Sutrisman' terwujud. Saya bermimpi tempat itu akan jd oase bagi kehidupan kebudayaan di Mgl.

    BalasHapus
  15. Bukan hanya isu, bila perlu bumbui dengan sedikit Pressure, agar lebih diperhatikan dan bisa untuk di realisasikan....

    BalasHapus
  16. Freddy Sudiono:
    yup ndak kasuse koyo pak sukimin, ayo ndang direalisasi

    BalasHapus
  17. Magelang Kota Gethuk:
    Apik kuwi...

    BalasHapus