Jejak-Jejak Jalur Spoor (1)

Borobudur Links | Juli 07, 2009 | 08.48 wib | Label: Tourism


Stasiun Kebonpolo yang Tak Terawat
oleh Sholahuddin al-Ahmed

Gerbang kereta api tua, warna hijau yang telah pudar, teronggok diantara bangunan yang terawat. Besi dan kayu lapuk lengkap dengan roda masih terlihat kokoh berdiri. Setidaknya keberadaan gerbang kereta itu menjadi petanda, dahulu tempat itu adalah stasiun kereta api Kebonpolo, Kota Magelang. Sebuah situs sejarah zaman penjajahan hingga revolusi merebut kemerdekaan.

Kini tempat itu menjadi subterminal angkutan kota. Di situ memang masih banyak penumpang, tapi tak lagi menunggu kereta dari Yogyakarta atau Bedono Semarang. Mereka menunggu kedatangan angkutan kota, yang tiap detik dan menit berlalu-lalang di bekas stasiun tersebut.

Ya, begitulah sepintas kondisi stasiun Kebunpolo sekarang ini. Tak ada yang merawat dan apalagi merenovasinya. Lembaga atau instansi yang membawahi keberadaan situs itu, tak jelas.

Pemkot selama ini meminjam aset PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk dimanfaatkan menjadi terminal. Pada tahun 2002 pernah digulirkan wacana Pemkot meminta aset itu kepada PT KAI, untuk penataan tata ruang kota yang lebih bagus lagi.

Pada tahun itu, sudah pernah ada pegawai PT KAI yang menghitung asetnya di Magelang. Namun hingga kini belum ada persetujuan atau tanda-tanda pengambil alihan aset.

PT KAI sendiri, sepertinya sudah tak lagi mempedulikan asetnya di Stasiun Kebonpolo, karena sudah dimanfaatkan oleh Pemkot. Kantor stasiun yang bersebelahan dengan Jl A Yani sudah menjadi pertokoan.

Karena tak ada pengawasan dari Pemkot dan PT KAI, keberadaan stasiun itu boleh dibilang semrawut. Seringkali gerbang itu untuk tidur gelandangan atau orang gila, lebih parah lagi dimanfaatkan untuk menjemur pakaian.

Jika dipandang memang tak sedap, tapi itulah sebuah fenomena yang terjadi. Kumuh dan tak terawat di sudut kota seperti itu, menjadikan ruang publik di kota ini tak lagi nyaman dipandang mata.

Sejarah Spoor
Aset PT KAI sebenarnya tak hanya Stasiun Kebunpolo, aset lainnya antara lain tanah di sepanjang Jl Sudirman hingga Jl Pemuda serta di kampung yang dulu dilewati rel kereta api.

Juga tanah bekas stasiun di tengah kota, yang sudah lama beralih fungsi menjadi kios-kios. Misalnya saja, di petokoan Jl Sudirman Pasar Rejowinangun yang terbakar, itu adalah bagian dari asetnya. Dahulu di situ dahulu stasiun kecil yang digunakan untuk para pedagang dan penumpang naik kereta.

Dalam masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia peran kereta api sangatlah besar, termasuk di Magelang. Sejarah mencatat peran kereta api dalam distribusi logistik untuk keperluan perjuangan dari Ciporoyom (Bandung) ke pedalaman Jateng. Mobilisasi prajurit pejuang di wilayah Yogjakarta-Magelang-Ambarawa.

Jalur kereta api menjadi bagian dari ruang sejarah masa revolusi. Proyek pembaggunan pertamakalinya, yang diberi nama ‘’Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij’’ (NV. NISM) dipimpin oleh Ir J.P de Bordes. Diawali dengan membangun rel dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km). Jalur itu dibuka pertamakalinya Agustus 1867.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
  • 1st
  • 2nd
  • 3rd
  • 4th
  • 5th

Home | Mobile Version | Seni dan Budaya | Manusia Kreatif | Acara dan Berita | Festival 5 Gunung | Networking | Wisata
(c) 2013-2016 Modus Getar | Powered by Day Milovich