Halaman

Maret 26, 2012

SEPEKAN MENYAPA DENGAN CINTA (Catatan Kegiatan Book in Love 2012).


Oleh Khalimatu Nisa.

Borobudurlinks, 26 Maret 2012.
Februari dan cinta. Di bulan Februari, ada sebagian orang yang secara khusus melakukan perayaan cinta. Ada pula sebagian lain yang menolak mentah-mentah dan bahkan membuat perayaan tandingan.
Pro kontra yang tak habis-habis itu justru secara tidak langsung menunjukkan bahwa Februari dan cinta adalah keidentikan yang langgeng dari waktu ke waktu. Dari pandangan sederhana itulah kemudian ide Book in Love muncul sebagai sebuah usaha memanfaatkan secara positif limpahan energi cinta di bulan Februari. Book in Love diusung sebagai sebuah tema kegiatan yang diharapkan dapat secara khusus mewadahi kecintaan masyarakat Magelang Raya terhadap buku dan secara umum menjadi sarana menjalin komunikasi serta jaringan. Book in Love diwujudkan dalam bentuk bazar buku selama sepekan yang akan diisi dengan rangkaian acara variatif setiap harinya.
Book, Baru dan Berbeda
Komunitas BBL yang sebelumnya dikenal dengan nama Borobudur Movie Links (BML), untuk pertama kali mengusung konsep ‘Book’ alih-alih ‘Movie’. Pemilihan konsep buku, secara umum dikarenakan sifat buku itu sendiri yang universal, sama halnya dengan cinta. Sementara secara khusus, keputusan itu sebenarnya didorong oleh semangat komunitas balita ini untuk mencoba hal yang baru.
Namun rupanya tidak mudah menjalankan sesuatu diluar kebiasaan. Persiapan jelang Book in Love relatif berbeda dengan persiapan lima kegiatan yang pernah dihelat sebelumnya. Kali ini BBL harus bekerja ganda, yakni mempersiapkan bazar, berikut acara-acara pengisi setiap harinya.
Selama sebulan konsep telah dipersiapkan. Dalam perjalanannya, BBL harus menghadapi berbagai tantangan. Diantaranya, BBL telah merencanakan agenda kompetisi menggambar dan musikalisasi puisi untuk memeriahkan Book in Love. Namun karena berbagai kendala waktu dan tenaga, pada akhirnya agenda kompetisi terpaksa dibatalkan.
Tantangan yang paling berat terletak pada ranah supervisi. Pada perhelatan kali ini BBL benar-benar bekerja secara mandiri. Mualim M Sukethi selaku pembina komunitas berhalangan untuk secara intensif menemani dan memberi arahan seperti yang dilakukan pada kegiatan-kegiatan sebelumnya.
Rasa pesimis sempat muncul. Namun, mengingat jatuh adalah hal yang biasa dalam proses belajar, ketakutan pun coba disingkirkan jauh-jauh. BBL mencoba bangkit dan terus melangkah.
Persembahan Cinta Sepekan
Sesuai rencana, pada 13-19 Februari Book in Love digelar. Bertempat di Syang Art Space Magelang, bazar buku dibuka setiap hari pukul 09.00-20.00 WIB. Dan seperti yang telah dijanjikan, Book in Love mempersembahkan acara demi acara yang berbeda tiap harinya.

Rangkaian acara dimulai pada hari Senin (13/2). Dalam acara tersebut, Ginanjar Teguh Iman selaku koordinator acara secara resmi membuka Book in Love. Acara pembukaan itu juga dimeriahkan oleh penampilan teatrikal dari Bengkel Seni Universitas Tidar Magelang (UTM). Pentas yang dibawakan berjudul Arjuna Mencari Cinta, arahan sutradara Weq.
Pada hari Selasa (14/2) diadakan pemutaran film Ada Apa dengan Cinta secara gratis dan terbuka untuk umum. Pemutaran film tersebut ditujukan untuk memberikan apresiasi terhadap salah satu film cinta legendaris Indonesia yang sarat dengan muatan sastra. Pembagian doorprize berupa buku turut memeriahkan acara tersebut.
Diskusi bersama penulis skenario Haryanto Corakh dilakukan pada hari berikutnya, Rabu (15/2). Dalam acara tersebut, narasumber lulusan Institut Kesenian Jakarta itu menceritakan mengenai pengalaman kepenulisannya. Ia juga mengenalkan beberapa karyanya, antara lain naskah skenario film yang dibukukan dengan judul Unlimited Love serta calon novelnya yang berjudul Irene dan Piano.
Untuk kedua kalinya pada hari Kamis (16/2) Book in Love kembali melakukan pemutaran film. Judul film yang diputar adalah Kambing Jantan yang diangkat dari novel laris Raditya Dika. Pemutaran film ini merupakan wujud apresiasi terhadap kesuksesan buku-buku karya Raditya Dika yang mampu menyedot perhatian masyarakat hingga akhirnya diangkat ke layar emas.
Pada hari Jumat tanggal (17/2) Book in Love menghadirkan Brilliant Yotenega, pendiri nulisbuku.com -sebuah lembaga self-publishing online. Dalam diskusi gratis dan terbuka untuk umum itu, Ega bercerita banyak soal lembaga yang ia dirikan tersebut. Misi pendirian nulisbuku.com ia akui memiliki tujuan agar semua orang dapat menerbitkan buku secara mudah dan gratis. Siapapun yang memiliki karya baik tulisan atau apa saja yang hendak dibukukan dapat dengan mudah mengunggahnya di nulisbuku.com. Selanjutnya, nulisbuku.com akan menerbitkannya dalam bentuk buku dengan jumlah sesuai pesanan dan tanpa perlu terikat kontrak. Penulis juga dapat menentukan harga sendiri. Dalam kesempatan itu, Ega juga memaparkan rencananya untuk menghelat Nulisbuku Award, dalam waktu dekat.
Tiga orang penulis Magelang bercerita tentang karya mereka dalam acara bertajuk ‘Book Launch Penulis Magelang’, Sabtu (18/2). Mereka adalah Ginanjar Teguh Iman, Lucia Dayu dan Andika ‘John’ Manggala. Acara dibuka dengan pementasan drama yang dikutip dari salah satu cerita dalam antologi cerpen Cerita Hujan karya Ginanjar Teguh Iman. Drama dilanjutkan dengan pelantunan soundtrack Cerita Hujan ciptaan Ginanjar Teguh Iman sendiri.
Secara berurutan, John dan Dayu bercerita tentang karya dan pengalaman kreatif mereka dalam menulis. Berbicara mengenai novel berjudul ‘Soegito Times’ yang ia luncurkan pada hari itu, John mengaku mendapat banyak inspirasi dari ayahnya, Soegito. Dalam novel pertamanya tersebut ia menjadikan gambaran ayahnya sebagai tokoh utama yang dikisahkan sebagai pengagum ideologi NAZI. John yang awalnya merasa kurang percaya diri untuk menerbitkan karyanya itu merasa terwadahi dengan adanya Book in Love.

Sementara itu, Lucia Dayu adalah seorang wanita asli Magelang yang telah menerbitkan lima buah novel melalui nulisbuku.com. Baginya buku adalah bayi. Memiliki buku adalah perayaan bagi penulisnya. Menulis sebuah buku ia akui merupakan kenikmatan tersendiri. “Menulis itu menyembuhkan,” ujarnya. Kini, dengan beberapa teman ia tengah mengembangkan Nulis Buku Club yang dalam waktu delat akan mengadakan suatu proyek menulis tentang Magelang. Melalui Book in Love, ia tak lagi merasa kesepian karena dapat bertemu teman-teman dengan kegemaran yang sama.
Selepas Book Launch bersama penulis Magelang, pukul 15.00 acara dilanjutkan dengan Open Mic Stand Up Comedy. Acara ini merupakan yang pertama kalinya di Magelang. Sebanyak tujuh orang comic tampil dalam acara tersebut. Ketujuh comic ini tergabung dalam Komunitas Stand Up Comedy Magelang yang digagas oleh Gilang Riski Habibullah. Bersama pembawa acara jenaka Didon Debora, acara komedi cerdas ini mampu menggugah gelak tawa dari pengunjung yang hari itu membanjiri Syang Art Space.
Pada hari terakhir, Sabtu (19/2) Book in Love menghadirkan dua penulis novel dari GagasMedia. Mereka adalah Christian Simamora dan Orizuka. Sebelum kedua penulis tersebut menceritakan pengalaman kepenulisannya, para pengunjung terlebih dulu dihibur dengan penampilan jazz akustik Rosewood Band yang dipunggawai oleh lima orang siswa SMA N 2 Magelang.
Berbagi seputar pengalaman menulis fiksi, Christian dan Orizuka menyatakan bahwa menulis fiksi itu seksi dan menyenangkan. Sebab, menulis fiksi tak memiliki pakem-pakem yang kaku. Dalam tulisan fiksi, seorang penulis dapat dengan leluasa menuangkan seluruh imajinasinya. Namun, menumpahkan imajinasi tidak juga dapat dikatakan sebagai hal yang mudah. Imajinasi pun harus dapat tersampaikan dengan baik dan masuk akal meski sebenarnya apa yang kita tulis sama sekali bukanlah suatu kenyataan. “Untuk menjadi penulis fiksi yang baik, seseorang harus menjadi pembohong yang baik dalam tulisannya,” ujar Christian.
Sebagai fiction editor, Christian juga membagi beberapa tips kepada penulis pemula agar karya mereka bisa lolos seleksi editor dan diterbitkan. Poin penting yang harus diperhatikan adalah bahwa penulis harus mengirimkan sinopsis cerita yang baik. Karakteristik sinopsis yang baik adalah memiliki alur cerita yang jelas, judul yang baik dan mematuhi persyaratan teknis yang diajukan oleh penerbit.
Temu penulis GagasMedia tersebut sekaligus menjadi acara terakhir dalam rangkaian kegiatan Book in Love Magelang 2012. Sepekan sudah BBL -sebuah komunitas balita yang tengah belajar merangkak, mencoba menyapa Magelang Raya dalam cinta. Ya, energi cinta di bulan Februari yang diolah sedemikian rupa ternyata mampu mempertemukan BBL dengan relasi-relasi baru yang menakjubkan. Pada akhirnya, Book in Love menjadi sepekan yang penuh pelajaran berharga serta sebuah pengalaman tak mudah dilupakan (bolinks@2012).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar