Wisata Kota Toea Magelang
Menembus Lorong Waktu KA Magelang-Yogyakarta (1)
oleh Sholahuddin al-Ahmed
Setelah adanya wacana dihidupkanya kembali jalur kereta api Magelang-Yogyakarta, wartawan Suara Merdeka Sholahuddin al-Ahmed, menulis laporan berseri berdasarkan kesaksian pelaku sejarah pada zaman kejayaan perkereta apian di trayek tersebut, berikut laporannya.
Pagi itu hanya beberapa orang saja yang berdiri di lorong-lorong peron, dua jalur lintasan kereta melintang membelah bangunan utama Stasiun Kebonpolo, Magelang. Hampir tak ada antrian di loket pembelian tiket kereta api jurusan Magelang-Yogyakarta yang seharga Rp 1,5/orang.
Ketika loko C 2483 mesinnya berdesing dengan empat rangkaian gerbong, penumpang masih santai-santai, tak berebut tempat duduk. Satu persatu penumpang naik. Tak berapa lama kemudian kepala stasiun memberikan aba-aba dengan meniup peluit panjang, kereta api berbahan bakar batu bara itu melaju pelan.
Situasi tahun 60-an di Stasiun Kebonpolo itu diceritakan kembali H Soepanji Bchk (85). Dia mantan Kepala Stasiun tersebut, terlihat masih bersemangat ketika diajak bercerita mengenang masa lalunya.
Dia selaku kepala stasiun membawahi sekitar 100 orang pegawai. Jumlah pegawai dibagi menjadi tiga, bagian jalan dan bangunan, loko dan gerbong dan yang terakhir bagian lalu lintas perkereta apian. Antara tahun 1951 hingga 1973 saat dia menjabat kepala stasiun, jumlah penumpang setiap harinya lebih banyak jumlah pegawainya.
‘’Zaman dahulu pada masa orde baru setelah kemerdekaan krisis ekonomi melilit rakyat. Untuk makan sehari-hari susah, masyarakat lebih suka bepergian dengan jalan kaki dari pada mengeluarkan uang untuk membeli tiket kereta,’’katanya.
Stasiun yang dipimpinnya melayani rute, Magelang-Yogyakarta dan Magelang-Secang-Ambara-Semarang. Dia menceritakan, ketika harus ke Semarang harus berganti kereta di Stasiun Bedono. Karena daerah tanjakan maka harus menggunakan rel satu.
‘’Tidak ada kereta yang langsung ke Semarang. Harus ganti kereta di Bedono kemudian menuju Ambarawa ganti kereta lagi untuk sampai ke Semarang,’’katanya.
Jalur KA Magelang-Yogyakarta yang resmi dioperasikan oleh perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) 1 Juli 1899. Magelang-Secang diresmikan 15 Medi 1905, Secang Ambarawa 1 Februari 1900. Secang-Temanggung 3 Januari 1914 dan Temanggung-Parakan 1 Juli 1914.(Data diambil dari Indonesian State Railways Central Region)
‘’Pada saat saya masih remaja masih sekolah dan belum menjadi pegawai stasiun, waktu itu sebelum kemerdekaan jalur kereta ini menjadi pengangkut logistik perang dan mengusung tentara baik ke Semarang atau Magelang dan Yogyakarta,’’katanya.
Menurutnya, peran kereta apian memiliki peranan penting dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan dari agresi Belanda. Dia menceritakan, para tentara pribumi berjejal memenuhi gerbong-gerbong kereta api dari Magelang menuju Ambara.
Meski pendengarannya berkurang gaya bicaranya kakek empat cucu itu masih meledak-ledak dengan suara lantang. Daya ingatnya masih bagus untuk lelaki yang sudah berumur kepala 80. Dialah salah satu saksi dan sekaligus pelaku sejarah perkereta apian Magelang-Yogyakarta zaman dahulu.
Namun sayang, sejarah itu kini terpendam tanah, rel-rel itu sebagian telah hilang. Jalur kereta api seperti punah dimakan oleh zaman, berganti dengan pemukiman padat. Nilai-nilai sejarah dalam perkereta apian sepertinya telah usang dan nyaris tak diperhatikan.
Dengan adanya wacana dihidupkannya kembali jalur KA Magelang-Yogyakarta ini, setidaknya membuka kran harapan akan terulangnya kembali kisah-kisah sejarah perjuangan zaman dahulu. Banyak sejarah yang tercatat dalam memori besi-besi tua yang usang itu dan teronggok di jalur lintasan kereta tersebut.
Anda bisa posting-ulang artikel ini atau dengan mencantumkan link ini:
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/10/wisata-kota-toea-magelang_07.html?m=0
http://borobudurlinks.blogspot.com/2009/10/wisata-kota-toea-magelang_07.html?m=0
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar